Makalah biologi
Di susun oleh:
Nurul hidayat
X-MM2
Smkn 2 garut
Tsunami
-Penertian tsunami
Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu =
pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti
"ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang
disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba.
Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah
laut, atau atau hantaman meteor di
laut. Gelombang tsunami
dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang
dikandung dalam gelombang tsunami
adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam,gelombang tsunami
dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan
pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter.
Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di
tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami
menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat
hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga
puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi
karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang
terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
Dampak
negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya.
Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta
menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air
bersih.
Sejarawan Yunani bernama Thucydides merupakan orang pertama yang
mengaitkan tsunami dengan gempa bawah laut. Namun hingga abad ke-20,
pengetahuan mengenai penyebab tsunami masih sangat minim. Penelitian masih
terus dilakukan untuk memahami penyebab tsunami.
geologi, geografi, dan oseanografi pada masa lalu menyebut tsunami
sebagai "gelombang laut seismik".
Beberapa kondisi meteorologis, seperti badai tropis, dapat menyebabkan
gelombang badai yang disebut sebagai meteor tsunami yang ketinggiannya beberapa meter di
atas gelombang laut normal. Ketika badai ini mencapai daratan, bentuknya bisa
menyerupai tsunami, meski sebenarnya bukan tsunami. Gelombangnya bisa
menggenangi daratan. Gelombang badai ini pernah menggenangi Burma (Myanmar)
pada Mei 2008.
Wilayah
di sekeliling Samudra Pasifik memiliki Pacific Tsunami Warning Centre
(PTWC) yang mengeluarkan
peringatan jika terdapat ancaman tsunami pada wilayah ini. Wilayah di
sekeliling Samudera Hindia sedang membangun Indian Ocean Tsunami Warning System
(IOTWS) yang akan berpusat di
Indonesia.
-penyebab
sunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan
sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsormaupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah
laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus,
misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut
naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air
yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air
laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan
terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana
gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam.
Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam
dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut
tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat
mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi
penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan
jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan
bisa beberapa kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera
menelusup ke bawah lempeng benua.
Tanah longsor
yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan
gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan
gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara
tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu.
Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika
ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.
Gempa yang
menyebabkan tsunami
§ Gempa bumi yang berpusat di teng
§ ah laut dan dangkal (0 - 30 km)
§ Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter
§ Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun
-proses terjadinya
1. Gempabumi
Secara umum gempabumi yang bisa menimbulkan tsunami adalah gempabumi tektonik yang terjadi di laut dan mempunayai karakteristik sebagai berikut :
1 Sumber gempabumi berada di laut
2 Kedalaman gempabumi dangkal, yakni kurang dari 60 km
3 Kekuatannya cukup besar, yakni di atas 6,0 SR
4 Tipe patahannya turun (normal fault) atau patahan naik (thrush fault)
Tsunami yang ditimbulkan oleh gempabumi biasanya menimbulkan gelombang yang cukup besar, tergantung dari kekuatan gempanya dan besarnya area patahan yang terjadi.
Tsunami dapat dihasilkan oleh gangguan apapun yang dengan cepat memindahkan suatu massa air yang sangat besar, seperti suatu gempabumi, letusan vulkanik, batu bintang/meteor atau tanah longsor. Bagaimanapun juga, penyebab yang paling umum terjadi adalah dari gempabumi di bawah permukaan laut. Gempabumi kecil bisa saja menciptakan tsunami akibat dari adanya longsor di bawah permukaan laut/lantai samudera yang mampu untuk membangkitkan tsunami
Tsunami dapat terbentuk manakala lantai samudera berubah bentuk secara vertikal dan memindahkan air yang berada di atasnya. Dengan adanya pergerakan secara vertical dari kulit bumi, kejadian ini biasa terjadi di daerah pertemuan lempeng yang disebut subduksi. Gempa bumi di daerah subduksi ini biasanya sangat efektif untuk menghasilkan gelombang tsunami dimana lempeng samudera slip di bawah lempeng kontinen, proses ini disebut juga dengan subduksi.
2. Land Slide (Tanah Longsor)
Land Slide/tanah longsor dengan volume tanah yang jatuh/turun cukup besar dan terjadi di dasar Samudera, dapat mengakibatkan timbulnya Tsunami. Biasanya tsunami yang terjadi tidak terlalu besar, jika dibandingkan dengan tsunami akaibat gempabumi.
3. Gunung Berapi aktif yang berada di tengah laut, ketika meletus akan dapat menimbulkan tsunami. Tsunami yang terjadi bisa kecil, bisa juga sangat besar, tergantung dari besar kecilnya letusan gunung api tersebut. Ada banyak gunung api yang berada ditengah laut di seluruh dunia. Untuk di Indonesia , yang paling terkenal adalah letusan gunung Krakatau yang terletak di tengah laut sekitar Selat Sunda, yang terjadi pada tahun 1883. Letusannya sangat dashyat, sehingga menimbulkna tsunami yang sangat besar dan korban yang banyak, baik jiwa maupun harta benda. Dampak dari bencana ini juga dirasakan kedashyatannya di negara lain.
Tanah longsor di dalam laut dalam , kadang-kadang dicetuskan oleh gempabumi yang besar; seperti halnya bangunan yang roboh akibat letusan vulkanik, mungkin juga dapat mengganggu kolom air akibat dari sediment dan batuan yang bergerak di lantai samudera. Jika terjadi letusan gunungapi dari dalam laut dapat juga menyebabkan tsunami karena kolom air akan naik akibat dari letusan vulkanik yang cukup besar lalu membentuk suatu tsunami. Contoh seperti yang terjadi di Gunung Krakatau.Gelombang terbentuk akibat perpindahan massa air yang bergerak di bawah pengaruh gravitasi untuk mencapai keseimbangan dan bergerak di lautan, seperti jika kita menjatuhkan batu di tengah kolam akan terbentuk gelombang melingkar.
Sekitar era tahun 1950 an ditemukan tsunami yang lebih besar dibandingkan sebelumnya percaya atau tidak mungkin ini disebabkan oleh tanah longsor, bahan peledak, aktifitas vulkanik dan peristiwa lainnya.
Secara umum gempabumi yang bisa menimbulkan tsunami adalah gempabumi tektonik yang terjadi di laut dan mempunayai karakteristik sebagai berikut :
1 Sumber gempabumi berada di laut
2 Kedalaman gempabumi dangkal, yakni kurang dari 60 km
3 Kekuatannya cukup besar, yakni di atas 6,0 SR
4 Tipe patahannya turun (normal fault) atau patahan naik (thrush fault)
Tsunami yang ditimbulkan oleh gempabumi biasanya menimbulkan gelombang yang cukup besar, tergantung dari kekuatan gempanya dan besarnya area patahan yang terjadi.
Tsunami dapat dihasilkan oleh gangguan apapun yang dengan cepat memindahkan suatu massa air yang sangat besar, seperti suatu gempabumi, letusan vulkanik, batu bintang/meteor atau tanah longsor. Bagaimanapun juga, penyebab yang paling umum terjadi adalah dari gempabumi di bawah permukaan laut. Gempabumi kecil bisa saja menciptakan tsunami akibat dari adanya longsor di bawah permukaan laut/lantai samudera yang mampu untuk membangkitkan tsunami
Tsunami dapat terbentuk manakala lantai samudera berubah bentuk secara vertikal dan memindahkan air yang berada di atasnya. Dengan adanya pergerakan secara vertical dari kulit bumi, kejadian ini biasa terjadi di daerah pertemuan lempeng yang disebut subduksi. Gempa bumi di daerah subduksi ini biasanya sangat efektif untuk menghasilkan gelombang tsunami dimana lempeng samudera slip di bawah lempeng kontinen, proses ini disebut juga dengan subduksi.
2. Land Slide (Tanah Longsor)
Land Slide/tanah longsor dengan volume tanah yang jatuh/turun cukup besar dan terjadi di dasar Samudera, dapat mengakibatkan timbulnya Tsunami. Biasanya tsunami yang terjadi tidak terlalu besar, jika dibandingkan dengan tsunami akaibat gempabumi.
3. Gunung Berapi aktif yang berada di tengah laut, ketika meletus akan dapat menimbulkan tsunami. Tsunami yang terjadi bisa kecil, bisa juga sangat besar, tergantung dari besar kecilnya letusan gunung api tersebut. Ada banyak gunung api yang berada ditengah laut di seluruh dunia. Untuk di Indonesia , yang paling terkenal adalah letusan gunung Krakatau yang terletak di tengah laut sekitar Selat Sunda, yang terjadi pada tahun 1883. Letusannya sangat dashyat, sehingga menimbulkna tsunami yang sangat besar dan korban yang banyak, baik jiwa maupun harta benda. Dampak dari bencana ini juga dirasakan kedashyatannya di negara lain.
Tanah longsor di dalam laut dalam , kadang-kadang dicetuskan oleh gempabumi yang besar; seperti halnya bangunan yang roboh akibat letusan vulkanik, mungkin juga dapat mengganggu kolom air akibat dari sediment dan batuan yang bergerak di lantai samudera. Jika terjadi letusan gunungapi dari dalam laut dapat juga menyebabkan tsunami karena kolom air akan naik akibat dari letusan vulkanik yang cukup besar lalu membentuk suatu tsunami. Contoh seperti yang terjadi di Gunung Krakatau.Gelombang terbentuk akibat perpindahan massa air yang bergerak di bawah pengaruh gravitasi untuk mencapai keseimbangan dan bergerak di lautan, seperti jika kita menjatuhkan batu di tengah kolam akan terbentuk gelombang melingkar.
Sekitar era tahun 1950 an ditemukan tsunami yang lebih besar dibandingkan sebelumnya percaya atau tidak mungkin ini disebabkan oleh tanah longsor, bahan peledak, aktifitas vulkanik dan peristiwa lainnya.
-dampak akibat
Dampak Positif Bagi Bisnis dan Perekonomian
· Menambah
kesuburan kawasan sekitar merapi, sehingga dapat ditumbuhi banyak pepohonan dan
dapat dimanfaatkan untuk pertanian dalam waktu beberapa tahun kedepan
· Dapat
dijadikan objek wisata bagi wisatawan domestic dan wisatawan mancanegara
setelah Gunung Merapi meletus
· Hasil
erupsi (pasir) dapat dijadikan mata pencaharian seperti penambangan pasir dan
karya seni dari endapan lava yang telah dingin.
· Aktifitas
gunung api dapat menghasilkan geothermal atau panas bumi yang sangat berguna
dalam kehidupan sehari-hari
· Sisa-sisa
aktivitas Gunung Merapi dapat menghasikan bahan-bahan tambang yang berguna dan
bernilai tinggi. Seperti belerang, batu pualam dan lain-lain.
· Membangkitkan
industry semen dan industry yang berkaitan dengan insfrastuktur bisa bangkit,
termasuk bisa menyerap banyak tenaga ahli untuk memulihkan infrastruktur dan
sector lainnya di kawasan terkena musibah.
· Terjadinya
disribusi keadilan ekonomi, dengan banyaknya sumbangan dari para dermawan.
Dampak Negatif Bagi Bisnis dan Perekonomian
· Merusak
pemukiman warga sekitar bencana
· Menyababkan
kebakaran hutan (Bencana Merapi)
· Pepohonan
dan tumbuhan yang ditanam warga sekitar banyak yang layu, bahkan mati akibat
debu vulkanik, begitu juga dengan ternak warga banyak yang mati akibat letusan
Gunung Merapi
· Menyebabkan
gagal panen
· Matinya
infrastruktur
· Terhentinya
aktivitas mata pencaharian warga sekitar bencana
· Pemerintah
harus mengeluarkan biaya yang tidak terduga untuk memperbaiki infrastruktur
yang telah rusak akibat bencana
· Terhentinya
industri periwisata, seperti pasar Malioboro dan Candi Borobudur (Bencana
Merapi)
· Bandar
udara tidak dapat beroperasi atau tidak dapat melakukan penerbangan karena debu
vulkanik yang dihasilkan oleh letusan Gunung Merapi dapat menyebabkan mesin
pesawat mati
· Mengganggu
hubungan komunikasi, jaringan listrik terputus dan aktifitas masyarakat lumpuh
Dampak Negatif Bagi Kesehatan Masyarakat
· Menebarkan
debu yang dapat mengganggu pernapasan
· Menimbulkan
gas beracun
· Terjadinya
kekurangan pangan bagi masyarakat yang terkena bencana Merapi
-usaha dan penaggulangan tsunami
penanggulangan tsunami.:
1. apabila terdengar gemuruh dahsyat yang berasal dari laut
segeralah berlari menuju tempat yang lebih tinggi dan beri tahu warga sekitar
guna mencari tempat yang aman.
2. apabila sudah tidak
sempat berlari ke tempat yang lebih tinggi seperti bukit, gunung dan sebagainya
carilah rumah bertingkat yang tinggi agar tidak terseret ombak tsunami.
3. apabila dari
keduanya sudah tidak memungkinkan naiklah ke atas pohon yang cukup tinggi dan
kokoh seperti pohon kelapa dan lainnya.
4. jangan turun dari
tempat tinggi sebelum ada pengumuman bahwa situasi telah aman dari badan
seperti BMKG dan lainnya.
5. Tolonglah korban
lain yang luka- luka terlebih dahulu ke tempat yang lebih aman
6. Apabila ada anggota
keluarga yang hilang maka carilah di posko-posko penanggulangan bencana.
Gempa Bumi
1. Pengertian
Gempabumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di
dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada
kerak bumi. Energi yang dihasilkan dipancarkan kesegala arah berupa gelombang gempabumi
sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi.Semakin besar energi
yang dilepas semakin kuat gempa yang terjadi.
Kejadian
bencana alam tidak dapat dicegah dan ditentukan kapan dan dimana lokasinya,
akan tetapi pencegahan jatuhnya korban akibat bencana ini dapat dilakukan bila
terdapat cukup pengetahuan mengenai sifat-sifat bencana tersebut.
Klasifikasi gempa, antara lain:
·
Berdasarkan penyebabnya :
o Gempa tektonik, yaitu gempa
yang disebabkan oleh pergeseran lapisan batuan pada daerah patahan.
o Gempa vulkanik,yaitu gempa
yang diakibatkan oleh aktivitas vulkanisme.
o Gempa guguran (gempa
runtuhan), yaitu disebabkan oleh runtuhnya bagian gua.
o Gempa tumbukan, yaitu gempa
yang disebabkan oleh meteor besar yang jatuh ke bumi.
·
Berdasarkan bentuk episentrum :
o Gempa sentral, yaitu gempa
yang episentrumnya titik
o Gempa linier, yaitu gempa
yang episentrumnya garis.
·
Berdasarkan kedalaman hiposentrum
o Gempa dalam, yaitu lebih dari
300 km
o Gempa menengah, yaitu antara
100-300 km
o Gempa dangkal, yaitu kurang dari
100 km
Berdasarkan jarak episentrum
o Gempa lokal, yaitu
episentrumnya kurang dari 10000 km.
o Gempa jauh, yaitu
episentrumnya sekitar 10000 km.
o Gempa sangat jauh, yaitu
episentrumnya lebih dari 10000 km.
Data dalam ilmu
kebumian selalu berkaitan dengan kedalaman dan ketebalan. Oleh karena itu,seorang
ahli ilmu kebumian harus mempunyai kemampuan untuk menentukan kedalaman dan
ketebalan. Kedalaman sendiri sebebarnya adalah lokasi sebuah titik, yang diukur
secara vertikal terhadap ketinggian titik acuan. Dalam ilmu Geofisika misalnya.
Dikenal klasifikasi gempa berdasarkan kedalaman. Menurut Fowler, 1990,
klasifikasi gempa berdasarkan kedalaman fokus adalah :
o Gempa dangkal : kedalaman
fokus gempa kurang dari 70 km
o Gempa sedang : kedalamanan
fokus gempa kurang dari 300 km
o Gempa dalam : kedalaman fokus
gempa lebih dari 300 km (kadang-kadang lebih dari 450 km)
Seperti halnya kedalaman,
kemampuan untuk menentukan ketebalan juga sangat diperlukan dalam ilmu
kebumian. Dengan mengetahui cara menghitung ketebalan, ahli kebumian bisa
menyelidiki ketebalan lapisan-lapisan penyusun bumi sehingga kita bisa
mengetahui bahwa ketebalan kerak bumi mencapai 100 km, ketebalan matel adalah
sekitar 2900 km, liquid outer core sekitar 2200 km, dan solid inner core
sekitar 1250 km
Analisis geometri akifer
(aquifer : lapisan yang dapat menyimpan dan mengalirkan air dalam jumlah yang
ekonomis. Contoh : pasir, kerikil, batupasir, batugamping rekahan.) juga
melibatkan analisis kedalaman dan ketebalan.
Selain klasifikasi gempa di
atas dikenal juga gempa laut, yaitu gempa yang episentrumnya terdapat di bawah
permukan laut. Gempa ini menyebabkan terjadinya gelombang pasang yang dahsyat,
disebut tsunami. Seismograf adalah alat pencatat gempa, sedang seismogram
adalah rekaman atau hasil catatan seismograf.
2. PeyebabTerjadinya Gempa
Gempa bumi didefinisikan sebagai getaran yang bersifat alamiah, yang
terjadi pada lokasi tertentu, dan sifatnya tidak berkelanjutan. Getaran pada
bumi terjadi akibat dari adanya proses pergeseran secara tiba-tiba (sudden
slip) pada kerak bumi. Pergeseran secara tiba-tiba terjadi karena adanya sumber
gaya (force) sebagai penyebabnya, baik bersumber dari alam maupun dari bantuan
manusia (artificial earthquakes). Selain disebabkan oleh sudden slip, getaran
pada bumi juga bisa disebabkan oleh gejala lain yang sifatnya lebih halus atau
berupa getaran kecil-kecil yang sulit dirasakan manusia. Getaran tersebut
misalnya yang disebabkan oleh lalu-lintas, mobil, kereta api, tiupan angin pada
pohon dan lain-lain. Getaran seperti ini dikelompokan sebagai mikroseismisitas
(getaran sangat kecil). Dimana tempat biasa terjadinya gempa bumi alamiah yang
cukup besar, berdasarkan hasil penelitian, para peneliti kebumian menyimpulkan
bahwa hampir 95 persen lebih gempa bumi terjadi di daerah batas pertemuan antar
lempeng yang menyusun kerak bumi dan di daerah sesar atau fault.
Para peneliti kebumian berkesimpulan bahwa penyebab utama terjadinya
gempa bumi berawal dari adanya gaya pergerakan di dalam interior bumi (gaya
konveksi mantel) yang menekan kerak bumi (outer layer) yang bersifat rapuh,
sehingga ketika kerak bumi tidak lagi kuat dalam merespon gaya gerak dari dalam
bumi tersebut maka akan membuat sesar dan menghasilkan gempa bumi. Akibat gaya
gerak dari dalam bumi ini maka kerak bumi telah terbagi-bagi menjadi beberapa
fragmen yang di sebut lempeng (Plate). Gaya gerak penyebab gempa bumi ini
selanjutnya disebut gaya sumber tektonik (tectonic source).
3. Proses Terjadinya Gempa
Terdapat dua teori yang menyatakan proses terjadinya atau asal mula gempa
yaitu pergeseran sesar dan teori kekenyalan elastis. Gerak tiba2 sepanjang
sesar merupakan penyebab yang sering terjadi. Klasifikasi gempa bumi secara
umum berdasarkan sumber kejadian gempa (R.Hoernes, 1878). Setiap bencana alam
selalu mengakibatkan penderitaan bagi masyarakat, korban jiwa dan harta benda
kerap melanda masyarakat yang berada di sekitar lokasi bencana.
4. Dampak Yang Ditimbulkan Oleh Gempa
Dampak gempa bumi – Goncangan gempa bisa sangat hebat dan dampak yang
ditimbulkannya juga tidak kalah dahsyat. Gempa merupakan salah satu fenomena
alam yang menimbulkan bencana. Dilihat dari efek atau akibat yang ditimbulkan,
kejadian-kejadian yang mungkin terjadi mengiringi peristiwa gempa bumi sebagai
berikut.
·
Gelombang tsunami
Salah satu akibat dari gempa bumi
adalah munculnya gelombang tsunami jika sumber gempa di bawah laut. Gelombang
tsunami tersebut muncul jika di pusat gempa terjadi patahan lempeng bumi turun
sehingga air laut surut sementara. Akan tetapi tidak lama kemudian gelombang
sangat tinggi dan berkecepatan luar biasa menerjang pantai dan masuk jauh ke
daratan. Selanjutnya gelombang ini merusak apa saja yang dilaluinya.
Sebelum tsunami muncul, biasanya
muncul tanda-tanda seperti terjadi gerakan tanah, getaran kuat, muncul cairan
hitam atau putih dari arah laut, biasanya juga terdengar bunyi keras, tercium
bau garam menyengat dan air laut terasa dingin.
·
Kerusakan bangunan
Gempa merupakan suatu pergerakan
permukaan bumi disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik yang terdapat di
bawah permukaan bumi. Dengan bergoyangnya permukaan bumi, maka
bangunan-bangunan seperti gedung sekolah, pusat pertokoan, perkantoran, maupun
rumah-rumah penduduk dapat hancur atau paling tidak retak.
·
Mengubah topografi atau bentuk muka bumi
Dari hasil penelitian Walhi (Wahana
Lingkungan Hidup) Yogyakarta diketahui bahwa terjadi perubahan topografi tanah
di sekitar Yogyakarta akibat gempa bumi tanggal 27 Mei 2006 yang lalu. Gempa
bumi tersebut memicu longsoran tanah dan mengakibatkan perubahan struktur tanah
di daerah-daerah berlereng curam akibat guncangan gempa. Struktur tanah seperti
ini berbutir kasar dan dalam kondisi kering akan merapat. Akibat pengaruh
gempa, tegangan pori udara dalam lapisan tanah pasir meningkat, dan tegangan
efektif tanah menurun hingga mencapai nilai terendah. Dengan demikian tanah
kehilangan kekuatan sehingga mengakibatkan runtuhnya lapisan di atas pembentuk
lereng dan memicu terjadi tanah longsor.
·
Menyebabkan keretakan permukaan bumi
Selain tsunami dan hancurnya
infrastruktur, gempa bumi juga mengakibatkan keretakan permukaan tanah.
Keretakan ini disebabkan permukaan tanah ikut bergerak ketika lempeng tektonik
di bawahnya saling berbenturan.
·
Menyebabkan perubahan tata air tanah
Pada dasarnya sebelum terjadi gempa
tata air tanah bersifat terbuka, tidak bertekanan, berlapis-lapis sesuai dengan
struktur batuan dan tanah sehingga ada mata air kecil, relatif besar, dan sudah
terbentuk kantong-kantong air di bawah tanah. Kantong-kantong air tersebut
secara rutin terisi oleh saluran primer, sekunder, dan tersier berdasarkan
struktur dan kestabilan tanah yang telah terbentuk sebelumnya. Ketika terjadi
gempa bumi lapisan dalam kantong-kantong air ini patah sehingga terjadi
kebocoran, lapisan tanah terkoyak, dan bergeser. Oleh karena itu wajar jika
setelah gempa tiba-tiba ada mata air yang mati, sumur kering, atau muncul mata
air baru di tempat lain. Hilangnya mata air atau munculnya mata air baru di
tempat lain akibat patahan dan pergeseran kantong-kantong air ini menunjukkan
adanya perubahan tata air setelah guncangan gempa.
·
Mengakibatkan trauma psikis atau mental
Ternyata bencana gempa,
gunung meletus, dan tsunami tidak hanya mengakibatkan kerusakan fisik atau
bangunan, harta benda, dan jiwa manusia, tetapi juga kondisi kejiwaan bagi para
korban. Akibat bencana tersebut, sebagian besar korban dapat mengalami
penderitaan biopsikososial yaitu gangguan akan kewaspadaan dan kepekaan yang
berlebihan terhadap sekadar perubahan suara, perubahan keadaan, dan aneka
perubahan kecil lain yang sebenarnya wajar terjadi di tengah kehidupan
sehari-hari.
5. Upaya Penaggulangan
Gempa bumi merupakan gejala
alam yang membawa kerusakan dan kehancuran bagi lingkungan dan makhluk hidup,
sehingga gejala alam tersebut menjadi suatu bencana. Diperkirakan gempa terjadi
di dunia 400 – 500 kali dalam setahun dan di Indonesia sekitar 40 – 50 kali
dalam setahun.
Oleh
karena membawa dampak merugikan bagi kehidupan khususnya kehidupan manusia maka
diperlukan upaya-upaya antisipasi baik sebelum terjadi gempa, saat terjadi
gempa, dan setelah terjadi gempa. Upaya tersebut diperlukan mengingat letak
Indonesia yang berada pada zona utama gempa bumi.
·
Upaya penanggulangan sebelum terjadi gempa:
o Mengetahui pintu-pintu keluar
masuk untuk keadaan darurat.
o Barang/benda yang berbobot
berat disimpan di tempat yang kokoh dan stabil terhadap guncangan.
o Pipa saluran gas dan pipa
saluran air dipastikan tidak bocor dan tertutup baik saat tidak digunakan untuk
mencegah bencana pengiring gempa seperti kebakaran dan gangguan sanitasi.
o Kabel-kabel listrik ditata
rapi untuk menghindari hubungan singkat akibat guncangan dan dipastikan
sekering berfungsi dengan baik.
·
Upaya penanggulangan saat terjadi gempa:
o Jika berada di dalam
bangunan: usahakan tetap tenang dan tidak panic, gunakan pintu dan tangga
darurat untuk keluar dan jangan menggunakan lift atau elevator, jangan
berlindung di bawah jembatan, jalan laying, ataupun benda-benda yang
menggantung tapi berlindunglah di bawah meja yang kokoh, dan jangan dulu masuk
bangunan sebelum dipastikan tidak terjadi gempa susulan selang beberapa lama.
o Jika berada di luar bangunan:
carilah tanah lapang, jangan berlindung di bawah pohon atau di tempat dekat
tiang/gardu listrik, dan jika getaran gempa kuat, ambillah posisi duduk
daripada berdiri.
o Jika sedang mengemudikan
kendaraan; hentikan perjalanan dan segera menepi, jangan memberhentikan
kendaraan di atas jembatan, jalan laying, atau persimpangan jalan, dan jangan
segera melanjutkan perjalanan sebelum dipastikan tidak terjadi gempa susulan
selang beberapa lama.
·
Upaya penanggulangan setelah terjadi gempa:
o Periksa diri Anda dan orang
di sekeliling Anda apakah baik-baik saja atau mengalami luka-lukaa.
o Jika terdapat korban yang
mengalami luka-luka, gunakan kotak P3K sebagai pertolongan pertama dan segera
bawa ke Puskesmas/rumah sakit terdekat.
o Nyalakan radio atau televise
untuk mengetahui informasi dari instansi pemerintah.
o Jika getaran gempa cukup
kuat, dirikanlah untuk sementara tenda-tenda darurat di halaman atau tanah
lapang untuk menghindari gempa susulan.
o Periksa keadaan rumah dan
sekeliling rumah Anda, jika terdapat puing-puing segera dibersihkan.
1.
Pengertian
Gunung
meletus, terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar
oleh gas yang bertekanan tinggi. Dari letusan-letusan seperti inilah gunung
berapi terbentuk. Letusannya yang membawa abu dan batu menyembur dengan keras
sejauh radius 18 km atau lebih, sedang lavanya bisa membanjiri daerah sejauh
radius 90 km. Letusan gunung berapi bisa menimbulkan korban jiwa dan harta
benda yang besar sampai ribuan kilometer jauhnya dan bahkan bias mempengaruhi
putaran iklim di bumi ini. Hasil letusan gunung berapi berupa:
·
Gas
Vulkanik
·
Lava
dan Aliran Pasir serta Batu Panas
·
Lahar
·
Abu
Letusan
·
Awan
Panas (Piroklastik)
Gas
vulkanik adalah gas-gas yang dikeluarkan saat terjadi letusan gunung berapi
yang dikeluarkan antara lain carbon monoksida (CO), Carbondioksida(Co2),
Hidrogen Sulfida (H2S), sulfurdioksida(SO2) dan nitrogen (NO2) yang
membahayakan manusia.
Lava
adalah cairan magma yang bersuhu tinggi yang mengalir ke permukaan melalui
kawah gunung berapi. Lava encer mampu mengalir jauh dari sumbernya mengikuti
sungai atau lembah yang ada sedangkan lava kental mengalir tidak jauh dari
sumbernya.
Lahar
adalah merupakan salah satu bahaya bagi masyarakat yang tingla di lereng gunung
berapi. Lahar adalah banjir Bandang di lereng gunung yang terdiri dari campuran
bahan vulkanik berukuran lempung sampai bongkah. Dikenal sebagai lahar letusan
dan lahar hujan. Lahar letusan terjadi apabila gunung berapi yang memiliki
danau kawah meletus, sehingga air danau yang panas bercampur dengan material
letusan, sedangkan lahar hujan terjadi karena percampuran material letusan
dengan air hujan di sekitar puncaknya.
Abu
letusan gunung berapi adalah material yang sangat halus. Karena hembusan angin
dampaknya bisa dirasakan ratusan kilometer jauhnya. Dampak abu letusan
permasalahan pernafasan, kesulitan penglihatan, pencemaran sumber air bersih,
menyebabkan badai listrik, mengganggu kerja mesin dan kendaraan bermotor,
merusak atap, merusak ladang, merusak infrastruktur tubuh.
Awan
panas bisa berupa awan panas aliran, awan panas hembusan dan awan panas
jatuhan. Awan panas aliran adalah awan dari material letusan besar yang panas,
mengalir Turun dan akhirnya mengendap di dalam dan disekitar sungai dari
lembah. Awan panas hembusan adalah awan dari material letusan kecil yang panas,
dihembuskan angin dengan kecepatan mencapai 90 km/jam. Awan panas jatuhan
adalah awan dari material letusan panas besar dan kecil yang dilontarkan ke
atas oleh kekuatan letusan yang besar. Material berukuran besar akan jatuh di
sekitar puncak sedangkan yang halus akan jatuh mencapai puluhan, ratusan bahkan
ribuan km dari puncak karena pengaruh hembusan angin. Awan panas bisa
mengakibatkan luka bakar pada bagian tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan,
leher atau kaki dan juga menyebabkan sesak sampai tidak bernafas.
2.
Penyebab
teradinya Gunung Meletus
·
Peningkatan
kegempaan vulkanik
·
Peningkatan
suhu kawah
·
Peningkatan
gelombang magnet dan listrik, hingga terjadinya deformasi pada tubuh gunung.
·
Lempeng-lempeng
bumi saling berdesakan dan magma di perut bumi pun mendesak serta mendorong
permukaan bumi dan memicu aktivitas geologis, vulkanik, dan tektonik.
·
Akibat
tekanan yang amat tinggi, magma mendesak keluar (erupsi) dari permukaan bumi
sebagai lava.
3.
Proses
terjadinya Gunung Meletus
Dalam
beberapa letusan, gumpalan awan besar naik ke atas gunung, dan sungai lava
mengalir pada sisi-sisi gunung tersebut. Dalam letusan yang lain, abu merah
panas dan bara api menyembur keluar dari puncak gunung, dan bongkahan batu-batu
panas besar terlempar tinggi ke udara. Sebagian kecil letusan memiliki kekuatan
yang sangat besar, begitu besar sehingga dapat memecah-belah gunung
Pada
dasarnya, gunung berapi terbentuk dari magma, yaitu batuan cair yang terdalam
di dalam bumi. Magma terbentuk akibat panasnya suhu di dalam interior bumi.
Pada kedalaman tertentu, suhu panas ini sangat tinggi sehingga mampu melelehkan
batu-batuan di dalam bumi. Saat batuan ini meleleh, dihasilkanlah gas yang
kemudian bercampur dengan magma. Sebagian besar magma terbentuk pada kedalaman
60 hingga 160 km di bawah permukaan bumi. Sebagian lainnya terbentuk pada
kedalaman 24 hingga 48 km
Magma
yang mengandung gas, sedikit demi sedikit naik ke permukaan karena massanya
yang lebih ringan dibanding batu-batuan padat di sekelilingnya. Saat magma
naik, magma tersebut melelehkan batu-batuan di dekatnya sehingga terbentuklah
kabin yang besar pada kedalaman sekitar 3 km dari permukaan. Magma chamber
inilah yang merupakan gudang (reservoir) darimana letusan material-material
vulkanik berasal
Magma
yang mengandung gas dalam kabin magma berada dalam kondisi di bawah tekanan
batu-batuan berat yang mengelilinginya. Tekanan ini menyebabkan magma meletus
atau melelehkan conduit (saluran) pada bagian batuan yang rapuh atau retak.
Magma bergerak keluar melalui saluran ini menuju ke permukaan. Saat magma
mendekati permukaan, kandungan gas di dalamnya terlepas. Gas dan magma ini
bersama-sama meledak dan membentuk lubang yang disebut lubang utama (central
vent). Sebagian besar magma dan material vulkanik lainnya kemudian menyembur
keluar melalui lubang ini. Setelah semburan berhenti, kawah (crater) yang
menyerupai mangkuk biasanya terbentuk pada bagian puncak gunung berapi.
Sementara lubang utama terdapat di dasar kawah tersebut
4.
Dampak
Yang Ditimbulkan Oleh Gunung Meletus
·
Dampak
Negatif:
o
Bahaya
langsung, terjadi pada saat letusan (lava, awan panas, jatuhan piroklastik/bom,
lahar letusan dan gas beracun).
o
Bahaya
tidak langsung, terjadi setelah letusan (lahar hujan, kelaparan akibat rusaknya
lahan pertanian/perkebunan/ perikanan),
kepanikan, pencemaran udara/air oleh gas racun: gigi kuning/ keropos,endemi
gondok, kecebolan dsb.
·
Dampak
Positif :
o
Bahan
galian: seperti batu dan pasir bahan bangunan, peralatan rumah tangga,patung,
dan lain lain.
o
Mineral
: belerang, gipsum,zeolit dan juga mas (epitermal gold).
o
Energi
panas bumi: listrik, pemanas ruangan, agribisnis
o
Mata
air panas : pengobatan/terapi kesehatan.
o
Daerah
wisata: keindahan alam
o
Lahan
yang subur: pertanian dan perkebunan
o
Sumberdaya
air: air minum, pertanian/peternakan, dll.
5.
Upaya
Penaggulangan
·
Upaya
penanggulangan sebelum terjadi Letusan:
o
Cari
tahu tentang system pengamanan di komunitas daerah masing-masing serta bagan
alur keadaan darurat
o
Waspadai
mengenai bahaya yang menyertai letusan gunungapi yaitu :
§ Lahar dan banjir bandang
§ Longsor dan hujan
batu (material gunung api)
§ Gempa bumi
§ Hujan abu dan hujan asam
§ Tsunami
o
Lakukan
rencana evakuasi
§ Apabila anda tinggal di
daerah rawan bencana gunung api, harus ingat route mana yang aman untuk dilalui.
§ Bentuk komunitas bahaya
bencana gunungapi
§ Apabila anggota keluarga
tidak berkumpul ketika terjadi letusan (misalnya yang dewasa sedang bekerja dan
anak-anak sedang sekolah) usahakan untuk berkumpul dalam keluarga jangan
terpisah.
§ Mintalah keluarga yang
tinggal berjauhan untuk saling mengontak sebagai ‘hubungan keluarga’ sebab
sehabis terjadi bencana biasanya lebih mudah untuk kontak jarak jauh.Tiap
anggota keluarga usahakan untuk mengetahui nama, alamat dan nomor telepon
anggota keluarga yang lain.
o
Buatlah
persediaan perlengkapan darurat seperti :
§ Batere/ senter dan extra
batu batere
§ Obat-obatan untuk
pertolongan pertama
§ Makanan dan air minum
untuk keadaan darurat.
§ Pembuka kaleng
§ Masker debu
§ Sepatu
§ Pakailah kacamata dan
gunakan masker apabila terjadi hujan abu.
o
Hubungi
pihak-pihak yang berwenang mengenai penanggulangan bencana.
o
Walaupun
tampaknya lebih aman untuk tinggal di dalam rumah sampai gunungapi berhenti meletus, tapi apabila anda tinggal
di daerah rawan bahaya gunungapi akan sangat berbahaya. Patuhi instruksi yang
berwenang dan lakukan secepatnya.
·
Upaya
penanggulangan saat terjadi Letusan:
o
Ikuti
perintah pengungsian yang diperintahkan oleh yang berwenang.
o
Hindari
melewati searah dengan arah angin dan sungai-sungai yang berhulu di puncak gunung yang sedang meletus.
o
Apabila
terjebak di dalam ruangan/ rumah :
§ Tutup seluruh jendela,
pintu-pintu masuk dan lubang /keran
§ Letakkan seluruh mesin ke
dalam garasi atau tempat yang tertutup.
§ Bawa binatang atau hewan
peliharaan lainnya ke dalam ruang yang terlindung
o
Apabila
berada di ruang terbuka:
§ Cari ruang perlindungan
.
§ Apabila terjadi hujan
batu, lindungi kepala dengan posisi melingkar seperti bola. Apabila terjebak dekat suatu aliran,
hati-hati terhadap adanya aliran lahar.Cari tempat yang lebih tinggi terutama
§ Lindungi diri anda dari
hujan
§ Kenakan pakaian kemeja
lengan panjang dan celana
§ Gunakan kacamata untuk
melindungi mata anda
§ Gunakan masker debu atau
gunakan kain/ sapu tangan untuk melindungi pernapasan anda
§ Matikan mesin mobil atau
kendaraan lainnya kalau mendengar adanya aliran lahar
o
Hindari
daerah bahaya yang telah ditetapkan oleh pemerintah/ lembaga yang
berwenang/lihat peta daerah bahaya gunung api
o
Akibat
letusan gunungapi bisa dirasakan berkilo meter jauhnya dari gunung api yang
sedang meletus. Aliran lahar dan banjir bandang, kebakaran hutan bahkan aliran
awan panas yang mematikan dapat mengenai anda yang bahkan tidak melihat ketika
gunung api meletus. Hindari lembah-lembah sungai dan daerah yang rendah.
Mencoba mendekati gunung api yang sedang meletus merupakan ide yang dapat
membawa maut.
o
Apabila
anda melihat permukaan aliran air sungai naik cepat-cepat cari daerah yang
lebih tinggi. Apabila aliran lahar melewati jembatan jauhi jembatan tersebut.
Aliran lahar memiliki daya kekuatan yang besar , membentuk aliran yang
mengandung lumpur dan bahan gunung api lainnya yang dapat bergerak dengan
kecepatan 30-60 kilometer perjam. Awan panas yang mengandung debu gunungapi
dapat membakar tumbuhan yang dilaluinya dengan amat cepat. Dengarkan berita
dari radio atau televisi mengenai situasi terakhir bahaya letusan gunung api.
·
Upaya
penanggulangan setelah Letusan:
o
Apabila
mungkin, hindari daerah-daerah zona hujan abu.
o
Apabila
berada di luar ruangan:
§ Tutup mulut dan hidung
anda. Debu gunungapi dapat mengiritasi system pernapasan anda.
§ Gunakan kacamata untuk
melindungi mata anda.
§ Lindungi kulit anda dari
iritasi akibat debu gunungapi.
§ Bersihkan atap dari hujan
debu gunungapi
§ Hujan debu yang menutupi
atap sangat berat dan dapat mengakibatkan runtuhnya atap bangunan. Hati-hati ketika bekerja di atap
bangunan rumah.
o
Hindari
mengendarai kendaraan di daerah hujan abu yang lebat.
o
Mengendarai
kendaraan mengakibatkan debu tersedot dan dapat merusak mesin kendaraan
tersebut.
o
Apabila
anda punya penyakit pernapasan, hindari sedapat mungkin kontak dengan debu
gunung api.
o
Tinggallah
di dalam rumah sampai keadaan dinyatakan aman di luar rumah.
o
Ingat
untuk membantu tetangga yang mungkin membutuhkan pertolongan seperti orang tua,
orang yang cacat fisik, anak-anak yang tidak memiliki orang tua dan sebagainya.
1. Pengertian
Banjir merupakan fenomena
alam yang biasa terjadi di suatu kawasan yang banyak dialiri oleh aliran
sungai. Secara sederhana banjir dapat didefinisikan sebagainya hadirnya air di
suatu kawasan luas sehingga menutupi permukaan bumi kawasan tersebut.
Dalam cakupan pembicaraan
yang luas, kita bisa melihat banjir sebagai suatu bagian dari siklus hidrologi,
yaitu pada bagian air di permukaan Bumi yang bergerak ke laut. Dalam siklus
hidrologi kita dapat melihat bahwa volume air yang mengalir di permukaan
Bumi dominan ditentukan oleh tingkat
curah hujan, dan tingkat peresapan air ke dalam tanah.
Aliran Permukaan = Curah Hujan – (Resapan ke dalam
tanah + Penguapan ke udara)
Air hujan sampai di permukaan
Bumi dan mengalir di permukaan Bumi, bergerak menuju ke laut dengan membentuk
alur-alur sungai. Alur-alur sungai ini di mulai di daerah yang tertinggi di
suatu kawasan, bisa daerah pegunungan, gunung atau perbukitan, dan berakhir di
tepi pantai ketika aliran air masuk ke laut.
Secara sederhana, segmen
aliran sungai itu dapat kita bedakan menjadi daerah hulu, tengah dan hilir.
·
Daerah hulu: terdapat di daerah pegunungan, gunung atau
perbukitan.
o Lembah sungai sempit dan
potongan melintangnya berbentuk huruf “V”.
o Di dalam alur sungai banyak
batu yang berukuran besar (bongkah) dari runtuhan tebing, dan aliran air sungai
mengalir di sela-sela batu-batu tersebut.
o Air sungai relatif sedikit.
o Tebing sungai sangat tinggi.
o Terjadi erosi pada arah
vertikal yang dominan oleh aliran air sungai.
·
Daerah tengah: umumnya merupakan daerah kaki pegunungan, kaki
gunung atau kaki bukit.
o Tebing sungai tinggi.
o Terjadi erosi pada arah
horizontal, mengerosi batuan induk.
o Dasar alur sungai melebar, dan
di dasar alur sungai terdapat endapan sungai yang berukuran butir kasar.
o Bila debit air meningkat,
aliran air dapat naik dan menutupi endapan sungai yang di dalam alur, tetapi
air sungai tidak melewati tebing sungai dan keluar dari alur sungai.
·
Daerah hilir: umumnya merupakan daerah dataran.
o Alur sungai lebar dan bisa
sangat lebar dengan tebing sungai yang relatif sangat rendah dibandingkan lebar
alur.
o Alur sungai dapat
berkelok-kelok seperti huruf “S” yang dikenal sebagai “meander”.
o Di kiri dan kanan alur terdapat dataran yang secara teratur
akan tergenang oleh air sungai yang meluap, sehingga dikenal sebagai “dataran
banjir”.
o Di segmen ini terjadi
pengendapan di kiri dan kanan alur sungai pada saat banjir yang menghasilkan
dataran banjir.
o Terjadi erosi horizontal yang
mengerosi endapan sungai itu sendiri yang diendapkan sebelumnya.
Dari karakter segmen-segmen aliran sungai itu, maka
dapat dikatakan bahwa :
·
Banjir merupakan bagian proses pembentukan daratan oleh
aliran sungai. Dengan banjir, sedimen diendapkan di atas daratan. Bila muatan
sedimen sangat banyak, maka pembentukan daratan juga terjadi di laut di depan
muara sungai yang dikenal sebagai “delta sungai.”
·
Banjir yang meluas hanya terjadi di daerah hilir dari suatu
aliran dan melanda dataran di kiri dan kanan aliran sungai. Di daerah tengah,
banjir hanya terjadi di dalam alur sungai.
Dari pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang
berlebihan merendam daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika
alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di selokan sungai.
2. Penyebab terjadinya banjir
·
Sungai
Lama: Endapan dari hujan atau
pencairan salju cepat melebihi kapasitas saluran sungai. Diakibatkan hujan
deras monsun, hurikan dan depresi tropis, angin luar dan hujan panas yang
mempengaruhi salju. Rintangan drainase tidak terduga seperti tanah longsor, es,
atau puing-puing dapat mengakibatkan banjir perlahan di sebelah hulu rintangan.
Cepat: Termasuk banjir bandang akibat
curah hujan konvektif (badai petir besar) atau pelepasan mendadak endapan hulu
yang terbentuk di belakang bendungan, tanah longsor, atau gletser.
Sungai-sungai yang sudah tidak lagi
berfungsi maksimal dalam menampung air. Selain karena pendangkalan dan
rumah-rumah penduduk yang menyemut di sepanjang pinggirannya, juga karena
sungai-sungai ini penuh dengan sampah. Berbagai jenis sampah dapat ditemukan di
badan sungai. Di beberapa tempat, tumpukan sampah itu begitu banyak sehingga
menjadi sebuah daratan yang dapat diinjak manusia.
·
Muara
Biasanya diakibatkan oleh
penggabungan pasang laut yang diakibatkan angin badai. Banjir badai akibat
siklon tropis atau siklon ekstratropismasuk dalam kategori ini.
·
Pantai
Diakibatkan badai laut besar atau
bencana lain seperti tsunami atau hurikan. Banjir badai akibat siklon tropis
atau siklon ekstratropismasuk dalam kategori ini.
·
Peristiwa Alam
Diakibatkan oleh peristiwa mendadak
seperti jebolnya bendungan atau bencana lain seperti gempa bumi dan letusan
gunung berapi.
·
Manusia
Kerusakan akibat aktivitas manusia,
baik disengaja atau tidak merusak keseimbangan alam
·
Lumpur
Banjir lumpur terjadi melalui
penumpukan endapan di tanah pertanian. Sedimen kemudian terpisah dari endapan
dan terangkut sebagai materi tetap atau penumpukan dasar sungai. Endapan lumpur
mudah diketahui ketika mulai mencapai daerah berpenghuni. Banjir lumpur adalah
proses lembah bukit, dan tidak sama dengan aliran lumpur yang diakibatkan
pergerakan massal.
·
Lainnya
o Banjir dapat terjadi ketika
air meluap di permukaan kedap air (misalnya akibat hujan) dan tidak dapat
terserap dengan cepat (orientasi lemah atau penguapan rendah).
o Rangkaian badai yang bergerak
ke daerah yang sama.
o Berang-berang pembangun
bendungan dapat membanjiri wilayah perkotaan dan pedesaan rendah, umumnya
mengakibatkan kerusakan besar.
3. Proses Terjadinya Banjir
Secara alamiah banjir
disebabkan oleh terjadinya hujan lokal dan propagasi limpasan dari daerah hulu
pada satu daerah tangkapan. Secara non ilmiah banjir dapat terjadi karena ulah
manusia.
Proses terjadinya banjir
secara alamiah itu seperti,turunnya hujan jatuh kepermukaan bumi dan tertahan
oleh tumbuh-tumbuhan setelah itu masuk kepermukaan tanah mengalir ketempat yang
lebih rendah setelah itu terjadi penguapan dan keluar kepermukaan daratan.
Banjir yang terjadi secara almiah dapat menjadi bancana bagi manusia bila
banjir itu mengenai manusia dan menyebabkan kerugian bagi manusia.
Sedangkan proses terjadinya
banjir secara non alamiah karena ulah manusia seperti,membuang sampah tidak
pada tempatnya dan menyebabkan aliran air tidak lancar sehingga air tersebut
terapung di tempat pembuangannya semakin lama semakin menguap setelah itu
tinggi dan keluar sehingga mengenai daratan dan menyebabkan banjir.
Proses banjir itu dapat
terjadi secara alamiah dan karena ulah manusia. Manusia dapat mengalami
kerugian karena banjir itu karena mereka mendiami tempa tinggal yang secara
alamiah merupakan dataran banjir. Jadi bila manusia bertampat tinggal di
dataran yg sering terkena banjir bukan banjirlah yg mendatangi manusia tapi
manusialah yang mendatangi banjir.
4. Dampak yang ditimbulkan oleh
banjir
·
Primer
Kerusakan fisik - Mampu merusak
berbagai jenis struktur, termasuk jembatan, mobil, bangunan, sistem selokan
bawah tanah, jalan raya, dankanal.
·
Sekunder
o Persediaan air – Kontaminasi
air. Air minum bersih mulai langka.
o Penyakit - Kondisi tidak
higienis. Penyebaran penyakit bawaan air.
o Pertanian dan persediaan
makanan - Kelangkaan hasil tani disebabkan oleh kegagalan panen.
o Namun, dataran rendah dekat sungai
bergantung kepada endapan sungai akibat banjir demi menambah mineral tanah
setempat.
o Pepohonan - Spesies yang
tidak sanggup akan mati karena tidak bisa bernapas.
o Transportasi - Jalur
transportasi rusak, sulit mengirimkan bantuan darurat kepada orang-orang yang
membutuhkan.
·
Tersier/jangka panjang
Ekonomi - Kesulitan ekonomi karena
kerusakan pemukiman yang terjadi akibat banjir; dalam sector pariwisata,
menurunnya minat wisatawan; biaya
pembangunan kembali; kelangkaan makanan yang mendorong kenaikan harga, dll.
Dari berbagai dampak negatif yang
ditimbulkan, ternyata banjir (banjir air skala kecil) juga dapat membawa banyak
keuntungan, seperti mengisi kembali air tanah, menyuburkan serta memberikan
nutrisi kepada tanah. Air banjir menyediakan air yang cukup di kawasan kering
dan semi-kering yang curah hujannya tidak menentu sepanjang tahun. Air banjir
tawar memainkan peran penting dalam menyeimbangkan ekosistem di koridor sungai
dan merupakan faktor utama dalam penyeimbangan keragaman makhluk hidup di
dataran. Banjir menambahkan banyak nutrisi untuk danau dan sungai yang semakin
memajukan industri perikanan pada tahun-tahun mendatang, selain itu juga karena
kecocokan dataran banjir untuk pengembangbiakan ikan (sedikit predasi dan
banyak nutrisi).
5. Upaya PenaggulanganBanjir
Mencegah dan menanggulangi
banjir tak dapat dilakukan oleh pemerintah saja atau orang perorang saja.
Dibutuhkan komitmen dan kerjasama berbagai pihak untuk menghindarkan Jakarta
dan kota lain di Indonesia dari banjir besar.
Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan itu antara
lain:
o Membuang lubang-lubang
serapan air
o Memperbanyak ruang terbuka hijau
o Mengubah perilaku masyarakat
agar tidak lagi menjadikan sungai sebagai tempat sampah raksasa
Meninggikan bangunan rumah
memang dapat menyelamatkan harta benda kita ketika banjir terjadi, namun kita
tidak mencegah terjadinya banjir lagi. Manusia yang mengakibatkan banjir,
manusia pula yang harus bersama-sama menyelamatkan kota. Menyelamatkan Jakarta
dari banjir besar bukan hanya karena berarti menyelamatkan harta benda pribadi,
namun juga menyelamatkan wajah bangsa ini di mata dunia.
Partisipasi seluruh elemen
masyarakat harus dilakukan secara terorganisasi dan terkoordinasi agar dapat
terlaksana secara efektif. Sebuah organisasi masyarakat sebaiknya dibentuk
untuk mengambil tindakan-tindakan awal dan mengatur peran serta masyarakat
dalam penanggulangan banjir. Penanggulangan banjir dilakukan secara bertahap,
dari pencegahan sebelum banjir penanganan saat banjir , dan pemulihan setelah
banjir. Tahapan tersebut berada dalam suatu siklus kegiatan penanggulangan
banjir yang berkesinambungan, Kegiatan penanggulangan banjir mengikuti suatu
siklus (life cycle), yang dimulai dari banjir, kemudian mengkajinya sebagai
masukan untuk pencegahan sebelum bencana banjir terjadi kembali. Pencegahan
dilakukan secara menyeluruh, berupa kegiatan fisik seperti pembangunan
pengendali banjir di wilayah sungai sampai wilayah dataran banjir dan kegiatan
non-fisik seperti pengelolaan tata guna lahan sampai sistem peringatan dini
bencana banjir.
Kebakaran
Hutan
1. Pengertian
Kebakaran hutan,
kebakaran vegetasi, atau kebakaran semak, adalah sebuah kebakaran yang terjadi
di alam liar, tetapi juga dapat memusnahkan rumah-rumah dan lahan pertanian
disekitarnya. Penyebab umum termasuk petir, kecerobohan manusia, dan
pembakaran.
Musim
kemarau dan pencegahan kebakaran hutan kecil adalah penyebab utama kebakaran
hutan besar.
Kebakaran
hutan dalam bahasa Inggris berarti "api liar" yang berasal dari
sebuah sinonim dari Api Yunani, sebuah bahan seperti-napalm yang digunakan di
Eropa Pertengahan sebagai senjata maritim
2. Penyebab
Terjadinya Kebakaran Hutan
·
Sambaran petir pada
hutan yang kering karena musim kemarau yang panjang.
·
Kecerobohan manusia
antara lain membuang puntung rokok sembarangan dan lupa mematikan api di
perkemahan.
·
Aktivitas vulkanis
seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan gunung berapi.
·
Tindakan yang disengaja
seperti untuk membersihkan lahan pertanian atau membuka lahan pertanian baru
dan tindakan vandalisme.
·
Kebakaran di bawah
tanah/ground fire pada daerah tanah gambut yang dapat menyulut kebakaran di
atas tanah pada saat musim kemarau.
3. Proses
Terjadinya Kebakaran Hutan
Untuk
api dapat menyala dibutuhkan tiga hal utama, yaitu bahan bakar, panas dan
oksigen atau udara. Ketiga komponen tersebut sering disebut dengan fire
triangle (Davis, 1959).
Bahan bakar di hutan dapat berupa humus, jatuhan daun di lantai hutan, akar, batang,
cabang, ranting pohon dan sebagainya yang semuanya merupakan hasil fotosintesa
daripada tanaman dalam jangka waktu yang panjang. Sedangkan panas biasanya datang dari kondisi iklim yang berubah
ekstrim, dimana penyinaran matahari yang lama dengan jumlah hari hujan yang
sangat minim pada setiap bulan dan tahun. Makin terbukanya hutan akibat jalan-jalan
logging akan menyebabkan semakin mantapnya aliran udara di dalam hutan,
sehingga dengan sendirinya menciptakan
kondisi yang mudah terbakar.
Secara sederhana proses pembakaran
hutan dapat digambarkan sebagai kebalikan daripada proses fotosintesa tanaman
sebagai berikut:
Pembakaran:
Sellulosa
+ Oksigen + Energy CO2 + Air +
Energy
Fotosintesa
CO2
+ Air + Energu Sellulosa +
Oksigen
Secara teoritis proses pembakaran
dapat dijelaskan melalui beberapa tahapan, yaitu Konveksi (aliran), radiasi
(pancaran) dan Konduksi (hantaran).
Konveksi adalah proses rambatan
kalor (panas) dalam suatu zat yang disertai dengan perpindahan massa. Bagian
udara di lantai hutan akan naik suhunya pada suatu kebakaran bawah yang
berakibat massa jenisnya berkurang. Perbedaan massa jenis udara bagian bawah
dan atas menyebabkan adanya pertukaran massa. Ini menyebabkan adanya aliran
massa yang membawa panas.
Radiasi adalah perpindahan kalor
tanpa memerlukan medium. Kalor dalam proses ini dipancarkan dalam bentuk
gelombang elektromagnet pembawa panas (sinar infra merah). Peristiwa pancaran
kalor dari matahari sampai ke bumi adalah suatu proses radiasi.
Sedangkan
konduksi adalah proses rambatan kalor
dalam zat yang tidak disertai perpindahan massa. Pemanasan pada pangkal batang
pohon yang terbakar akan menaikkan kalor/suhu pada bagian pohon yang lain.
Melalui ketiga proses fisika inilah
bagaimana api dalam suatu kebakaran dapat menyala, muncul dan merambat dengan
cepatnya. Angin yang kencang tentu akan sangat memainkan peranan yang besar
dalam menyebarkan panas dengan proses konveksi, sehingga keadaan mudah terbakar
akan semakin mungkin.
Pemanasan global dari sinar
matahari menyebabkan bahan bakar menjadi kering, sehingga mudah dilalap api
dari satu bagian ke bagian lainnya (konduksi).
Dari keadaan yang disebutkan di
atas dapat menimbulkan api secara alami, bilamana pemanasan telah cukup tinggi
dan lama. Belum lagi jika memang sumber api berasal dari para peladang yang
bekerja di hutan ataupun kelalaian para pekerja hutan.
4. Dampak
Yang Ditimbulkan Oleh Kebakaran Hutan
·
Menyebarkan emisi gas
karbon dioksida ke atmosfer. Kebakaran hutan pada 1997 menimbulkan emisi /
penyebaran sebanyak 2,6 miliar ton karbon dioksida ke atmosfer (sumber majala
Nature 2002). Sebagai perbandingan total emisi karbon dioksida di seluruh dunia
pada tahun tersebut adalah 6 miliar ton.
·
Terbunuhnya satwa liar
dan musnahnya tanaman baik karena kebakaran, terjebak asap atau rusaknya
habitat. Kebakaran juga dapat menyebabkan banyak spesies endemik/khas di suatu
daerah turut punah sebelum sempat dikenali/diteliti.
·
Menyebabkan banjir
selama beberapa minggu di saat musim hujan dan kekeringan di saat musim
kemarau.
·
Kekeringan yang
ditimbulkan dapat menyebabkan terhambatnya jalur pengangkutan lewat sungai dan
menyebabkan kelaparan di daerah-daerah terpencil.
·
Kekeringan juga akan
mengurangi volume air waduk pada saat musim kemarau yang mengakibatkan
terhentinya pembangkit listrik (PLTA) pada musim kemarau.
·
Musnahnya bahan baku
industri perkayuan, mebel/furniture. Lebih jauh lagi hal ini dapat
mengakibatkan perusahaan perkayuan terpaksa ditutup karena kurangnya bahan baku
dan puluhan ribu pekerja menjadi penganggur/kehilangan pekerjaan.
·
Meningkatnya jumlah
penderita penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan kanker paru-paru.
Hal ini bisa menyebabkan kematian bagi penderita berusia lanjut dan anak-anak.
Polusi asap ini juga bisa menambah parah penyakit para penderita TBC/asma.
·
Asap yang ditimbulkan
menyebabkan gangguan di berbagai segi kehidupan masyarakat antara lain
pendidikan, agama dan ekonomi. Banyak sekolah yang terpaksa diliburkan pada
saat kabut asap berada di tingkat yang berbahaya. Penduduk dihimbau tidak
bepergian jika tidak ada keperluan mendesak. Hal ini mengganggu kegiatan
keagamaan dan mengurangi kegiatan perdagangan/ekonomi. Gangguan asap juga
terjadi pada sarana perhubungan/transportasi yaitu berkurangnya batas pandang.
Banyak pelabuhan udara yang ditutup pada saat pagi hari di musim kemarau karena
jarak pandang yang terbatas bisa berbahaya bagi penerbangan. Sering terjadi
kecelakaan tabrakan antar perahu di sungai-sungai, karena terbatasnya jarak
pandang.
·
Musnahnya bangunan,
mobil, sarana umum dan harta benda lainnya.
5. Upaya
Penanggulangan
·
Pemadaman
Pemadaman kebakaran hutan adalah serangkaian kegiatan
yang ditujukan untuk mematikan api yang membakar hutan (Keputusan Direktur
Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, 2002). Berkaitan dengan upaya
pemadaman, terdapat sejumlah prosedur utama yang perlu dilakukan oleh setiap
elemen penanganan kebakaran hutan (menurut UU No.45 Tahun 2004), antara lain :
o Deteksi
Deteksi dilakukan untuk mengetahui kebenaran dan
deskripsi (sebab, titik api, dan sebagainya) tentang kebakaran hutan, serta
untuk menentukan langkah-langkah pertama dalam menangani kebakaran hutan.
o Penanganan Pertama
Penanganan pertama dilakukan oleh pihak-pihak yang
terdekat dengan lokasi kebakaran hutan, seperti : kesatuan pengelola hutan,
satgas penanganan hutan, dan masyarakat setempat. Yang menjadi penting dalam bagian
ini adalah pendayagunaan sumberdaya yang ada, melokalisir api, dan memobilisasi
masyarakat untuk mempercepat pemadaman.
o Pelaporan
Pelaporan merupakan penyampaian kondisi dan gambaran
kebakaran hutan kepada tingkat pemerintahan yang lebih tinggi dengan tujuan
untuk memperoleh feedback yang dapat membantu penanganan kebakaran hutan.
o Koordinasi dan Mobilisasi
Koordinasi dan mobilisasi merupakan penyampian
langkah-langkah yang diambil/diusulkan oleh pusat dan penyaluran bantuan sumber
daya, sarana dan prasarana untuk penanganan kebakaran hutan di daerah (lokasi
kebakaran hutan). Dalam rangka melakukan koordinasi tersebut, menteri yang
terkait (mewakili tingkat pusat) membentuk Pusat Pengendalian Operasi Kebakaran
Hutan).
Kemudian, menurut Keputusan Direktur Jenderal
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, pemadaman kebakaran hutan, secara umum
dapat dibagi menjadi 3 kegiatan, yaitu:
o Kegiatan pra-pemadaman.
Kegiatan ini dilakukan dalam rangka mempersiapkan
sumber daya pemadaman baik personil, peralatan maupun dana. Kegiatan
pra-pemadaman mencakup antara lain deteksi dini, gelar regu dan peralatan
melalui penugasan anggota Brigade, gladi/simulasi, patroli dan penjagaan.
o Kegiatan Pemadaman
§ Pemadaman awal (initial attack) yang dilakukan oleh
Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan.
§ Pemadaman lanjutan (sustained attack) melalui
mobilisasi sumber daya penanggulangan sesuai dengan prosedur tetap yang telah
dikembangkan di setiap tingkatan. Dalam kondisi tertentu pemadaman lanjutan
dapat melibatkan bantuan pemadaman dari udara (aerial suppression).
o Kegiatan Pemadaman api sisa (mooping- up)
Pemadaman api sisa (mooping-up) dan patroli yang
dilakukan terhadap sisa-sisa kebakaran guna memastikan bahwa kebakaran telah
benar-benar padam.
·
Penanganan Pasca
Kebakaran
Penanganan pasca kebakaran hutan, menurut Keputusan
Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, mencakup kegiatan
penegakan hukum (penyelidikan, penyidikan, pengadilan), rehabilitasi,
inventarisasi dan penanganan dampak kebakaran. Kegiatan ini pada umumnya
bersifat lintas sektoral yang melibatkan berbagai lembaga atau instansi.
Penanganan Pasca Kebakaran (menurut UU No.45 Tahun
2004), meliputi :
o Identifikasi dan evaluasi
Tahapan ini terdiri dari : pengumpulan data dan
informasi terjadinya kebakaran, pengukuran dan sketsa lokasi kebakaran dan
analisis tingkat kerusakan dan rekomendasi.
o Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan upaya pemulihan kondisi hutan.
Rehabilitasi merupakan kelanjutan proses identifikasi dan evaluasi. Pihak yang
melakukan rehabilitasi adalah Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan, Pemegang Izin
Pemanfaatan Hutan, Pemegang Izin Penggunaan Kawasan Hutan dan Pemilik Hutan
Hak. Sedangkan yang bertanggungjawab atas terjadinya kebakaran hutan adalah
Pemegang Izin Pemanfaatan Hutan, Pemegang Izin Penggunaan Kawasan Hutan dan
Pemilik Hutan Hak
o Penegakan Hukum
Penegakan hukum meliputi proses peradilan terhadap
pihak-pihak yang bertanggungjawab terhadap terjadinya kebakaran hutan dan
oknum-oknum yang diduga menjadi pelaku.
1. Pengertian
Tanah longsor adalah perpindahan
material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material
campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya
tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut. Air yang meresap ke dalam
tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap
air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah
pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
2. Penyebab
Terjadinya Tanah Longsor
·
Hujan
Ancaman tanah longsor biasanya
dimulai pada bulan November karena meningkatnya intensitas curah hujan. Musim
kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan
tanah dalam jumlah besar. Hal itu mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga
tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah permukaan. Ketika hujan, air
akan menyusup ke bagian yang retak sehingga tanah dengan cepat mengembang
kembali. Pada awal musim hujan, intensitas hujan yang tinggi biasanya sering
terjadi, sehingga kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat.
Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah
yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga
menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaannya, tanah longsor
dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan
berfungsi mengikat tanah.
·
Lereng terjal
Lereng atau tebing yang terjal akan
memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air
sungai, mata air, air laut, dan angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan
longsor
·
Tanah yang kurang padat
dan tebal
Jenis tanah yang kurang padat
adalah tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 m dan
sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya
tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain itu tanah ini sangat rentan
terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika
hawa terlalu panas.
·
Batuan yang kurang kuat
Batuan endapan gunung api dan
batuan sedimen berukuran pasir dan campuran antara kerikil, pasir, dan lempung
umumnya kurang kuat. Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah bila mengalami
proses pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah longsor bila terdapat pada
lereng yang terjal.
·
Jenis tata lahan
Tanah longsor banyak terjadi di
daerah tata lahan persawahan, perladangan, dan adanya genangan air di lereng
yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir
tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah
terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena
akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam dan umumnya
terjadi di daerah longsoran lama.
·
Getaran
Getaran yang terjadi biasanya
diakibatkan oleh gempabumi, ledakan, getaran mesin, dan getaran lalulintas
kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai, dan
dinding rumah menjadi retak.
·
Susut muka air danau
atau bendungan
Akibat susutnya muka air yang cepat
di danau maka gaya penahan lereng menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk
220 mudah terjadi longsoran dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh
retakan.
·
Adanya beban tambahan
Adanya beban tambahan seperti beban
bangunan pada lereng, dan kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya
longsor, terutama di sekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya
adalah sering terjadinya penurunan tanah dan retakan yang arahnya ke arah
lembah.
·
Pengikisan/erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh
air sungai ke arah tebing. Selain itu akibat penggundulan hutan di sekitar
tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.
·
Adanya material
timbunan pada tebing
Untuk mengembangkan dan memperluas
lahan pemukiman umumnya dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah.
Tanah timbunan pada lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah
asli yang berada di bawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan
tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah
·
Bekas longsoran lama
Longsoran lama umumnya terjadi
selama dan setelah terjadi pengendapan material gunung api pada lereng yang
relatif terjal atau pada saat atau sesudah terjadi patahan kulit bumi.
·
Adanya bidang
diskontinuitas (bidang tidak sinambung)
Bidang-bidang tersebut merupakan
bidang lemah dan dapat berfungsi sebagai bidang luncuran tanah longsor.
·
Penggundulan hutan
Tanah longsor umumnya banyak
terjadi di daerah yang relatif gundul dimana pengikatan air tanah sangat
kurang.
·
Daerah pembuangan
sampah
Penggunaan
lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah dalam jumlah banyak dapat
mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah dengan guyuran hujan, seperti yang
terjadi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Leuwigajah di Cimahi. Bencana ini
menyebabkan sekitar 120 orang lebih meninggal.
3. Proses
Terjadinya Tanah Longsor
·
Air yang meresap ke
dalam tanah akan menambah bobot tanah.
·
Jika air tersebut
menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelintir, maka
tanah menjadi licin.
·
Selanjutnya tanah
pelapukan yang berada di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar
lereng.
4. Dampak
Yang Ditimbulkan Oleh Tanah Longsor
·
Rusaknya area
pertanian, perhutanan, perkebunan, perternakan.
·
Rusaknya
Infrastruktur
o Daerah pemukiman penduduk.
o Jalan dan jembatan.
o Sarana pendidikan, kesehatan, dan peribadatan.
·
Buruknya
sanintasi lingkungan.
·
Korban jiwa.
5. Upaya
Penanggulangan
·
Jangan mencetak sawah
dan membuat kolam pada lereng bagian
atas di dekat pemukiman, Buatlah terasering (sengkedan) pada lereng yang terjal
bila membangun permukiman.
·
Segera menutup retakan
tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah melalui retakan.
Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal.
·
Jangan menebang pohon
di lereng Jangan membangun rumah/pemukiman di bawah tebing/lereng terjal.
Hal
yang dilakukan selama Dan sesudah terjadi bencana
·
Tanggap Darurat
Yang harus dilakukan dalam tahap
tanggap darurat adalah penyelamatan dan pertolongan korban secepatnya supaya
korban tidak bertambah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain:
-Kondisi
medan
-Kondisi
bencana
-Peralatan
-Informasi
bencana
·
Rehabilitasi
Upaya pemulihan korban dan
prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan sarana transportasi. Selain
itu dikaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik pengendaliannya supaya
tanah longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi korban tanah longsor bila
tanah longsor sulit dikendalikan.
·
Rekonstruksi
Penguatan bangunan-bangunan
infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi pertimbangan utama untuk
mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor, karena kerentanan untuk
bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur tanah longsor hampir 100%.
Angin Puting
Beliung
1.
Pengertian
Angin puting beliung adalah angin yang
berputar dengan kecepatan lebih dari 63 km/jam yang bergerak secara garis lurus
dengan lama kejadian maksimum 5 menit. Orang awam menyebut angin puting beliung
adalah angin “Leysus”, di daerah Sumatera disebut “Angin Bohorok” dan masih ada
sebutan lainnya. Angin jenis ini yang ada di Amerika yaitu “Tornado” mempunyai
kecepatan sampai 320 km/jam dan berdiameter 500 meter. Angin puting beliung
sering terjadi pada siang hari atau sore hari pada musim pacaroba. Angin ini dapat
menghancurkan apa saja yang diterjangnya, karena dengan pusarannya benda yang
terlewati terangkat dan terlempar.
Ciri-ciri
datangya angin puting beliung adalah pada waktu siang hari terlihat adanya awan
putih menjulang tinggi seperti bunga kol, kemudian berkembang menjadi awan
gelap yang disertai hembusan udara dingin, dan angin mulai menggoyangkan
pepohonan ke kiri dan ke kanan, tidak lama kemudian angin semakin cepat dan
diikuti hujan lebat dan terkadang disertai hujan es. Terlihat di awan hitam pusaran
angin berbentuk seperti kerucut turun menuju tanah (bumi).
2.
Penyebab
Terjadinya Angin Puting Beliung
Udara panas dan
dingin bertemu, sehingga saling bentrok dan terbentuklah puting beliung.
3.
Proses
Terjadinya Angin Puting Beliung
Proses
terjadinya angin puting beliung, biasanya terjadi pada musim pancaroba pada
siang hari suhu udara panas, pengap, dan awan hitam mengumpul, akibat radiasi
matahari di siang hari tumbuh awan secara vertikal, selanjutnya di dalam awan
tersebut terjadi pergolakan arus udara naik dan turun dengan kecepatan yang
cukup tinggi. Arus udara yang turun dengan kecepatan yang tinggi menghembus ke
permukaan bumi secara tiba-tiba dan berjalan secara acak.
Proses
terjadinya puting beliung sangat terkait erat dengan fase tumbuh awan Cumulonimbus
(Cb)
Fase Tumbuh
Dalam awan
terjadi arus udara naik ke atas yang kuat. Hujan belum turun, titik-titik air
maupun Kristal es masih tertahan oleh arus udara yang naik ke atas puncak awan.
Fase
Dewasa/Masak
Titik-titik air
tidak tertahan lagi oleh udara naik ke puncak awan. Hujan turun menimbulkan
gaya gesek antara arus udara naik dan turun. Temperatur massa udara yang turun
ini lebih dingin dari udara sekelilingnya. Antara arus udara yang naik dan
turun dapat timbul arus geser memuntir, membentuk pusaran. Arus udara ini
berputar semakin cepat, mirip sebuah siklon yag “menjilat” bumi sebagai angin
puting beliung. Terkadang disertai hujan deras yang membentuk pancaran air
(water spout).
Fase Punah
Tidak ada massa
udara naik. Massa udara yang turun meluas di seluruh awan. Kondensasi berhenti.
Udara yang turun melemah hingga berakhirlah pertumbuhan awan Cb.
4.
Dampak
Yang Ditimbulkan Oleh Angin Puting Beliung
Dampak yang
ditimbulkan akibat angin puting beliung dapat menghancurkan area seluas 5 km
dan tidak ada lagi angin puting beliung susulan. Rumah akan hancur dan tanaman
akan tumbang diterjang angin puting beliung, mahluk hidup bisa sampai mati
karena terlempar atau terbentur benda keras lainnya yang ikut masuk pusaran
angin.
5.
Upaya
Penanggulangan
·
Sebelum
Datangnya Angin
o
Dengar
dan simaklah siaran radio atau televisi menyangkut prakiraan terkini cuaca
setempat
o
Waspadalah
terhadap perubahan cuaca
o
Waspadalah
terhadap angin topan yang mendekat.
o
Waspadalah
terhadap tanda tanda bahaya sebagai berikut:
o
Langit
gelap, sering berwarna kehijauan.
o
Hujan
es dengan butiran besar
o
Awan
rendah, hitam, besar, seringkali bergerak berputar
o
Suara
keras seperti bunyi kereta api cepat
o
Bersiaplah
untuk ke tempat perlindungan ( bunker ) bila ada angin topan mendekat
·
Saat Datangnya Angin
o
Bila dalam keadaan bahaya segeralah ke tempat perlindungan (bunker)
o
Jika anda berada di dalam bangunan seperti rumah, gedung perkantoran,
sekolah, rumah sakit, pabrik, pusat perbelanjaan, gedung pencakar langit, maka
yang anda harus lakukan adalah segera menuju ke ruangan yang telah dipersiapkan
untuk menghadapi keadaan tersebut seperti sebuah ruangan yang dianggap paling
aman, basement, ruangan anti badai, atau di tingkat lantai yang paling bawah.
Bila tidak terdapat basement, segeralah ke tengah tengah ruangan pada lantai
terbawah, jauhilah sudut sudut ruangan, jendela, pintu, dan dinding terluar
bangunan. Semakin banyak sekat dinding antara diri anda dengan dinding terluar
gedung semakin aman. Berlindunglah di bawah meja gunakan lengan anda untuk
melindungi kepala dan leher anda. Jangan pernah membuka jendela.
o
Jika anda berada di dalam kendaraan bermobil, segeralah hentikan dan
tinggalkan kendaraan anda serta carilah tempat perlindungan yang terdekat
seperti yang telah disebutkan di atas.
o
Jika anda berada di luar ruangan dan jauh dari tempat perlindungan, maka
yang anda harus lakukan adalah sebagai berikut:
o
Tiaraplah pada tempat yang serendah mungkin, saluran air terdekat atau
sejenisnya sambil tetap melindungi kepala dan leher dengan menggunakan lengan
anda
o
Jangan berlindung di bawah jembatan, jalan layang, atau sejenisnya. Anda
akan lebih aman tiarap pada tempat yang datar dan rendah
o
Jangan pernah melarikan diri dari angin puting beliung dengan
menggunakan kendaraan bermobil bila di daerah yang berpenduduk padat atau yang
bangunannya banyak. Segera tinggalkan kendaraan anda untuk mencari tempat
perlindungan terdekat.
o
Hati hati terhadap benda benda yang diterbangkan angin puting beliung.
Hal ini dapat menyebabkan kematian dan cedera serius.
Amblesan
tanah
1. Pengertian
Amblesan tanah: merupakan proses
penurunan muka tanah yg terjadi secara alamiah karena konsolidasi pada lapisan
tanah dangkal dan lapisan tanah lunak maupun karena penurunan tekanan air tanah
pada sistem aquifer di bawahnya akibat pengaruh kegiatan manusia di atas
permukaan tanah dan pengambilan air tanah.
2. Penyebab
Terjadinya Amblesan Tanah
·
Tambang batubara,
terutama metoda penggalian keseluruhan (total extraction) contohnya metoda
longwall atau block caving. Tetapi kadang-kadang pada sistem room and pillar
pada kedalaman yang dangkal memungkinkan terjadinya amblesan dan geometri dari
amblesan mencerminkan pola pola support yang ada. Adanya spontaneous combustion
pada lapisan batubara juga bisa menyebabkan timbulnya amblesan. Amblesan
sebagai akibat penambangan biasanya hanya terjadi pada skala kecil (lokal)
yaitu di daerah bekas tambang yang bersangkutan saja. Meskipun demikian faktor
geologi tetap mempunyai peranan yang penting.
·
Penambangan untuk
endapan berlapis (stratiform), contohnya garam, bijih besi, gipsum dll.
·
Pemompaan air tanah,
uap geothermal dan minyak bumi yang berlebihan, akan menaikkan efektifitas
tekanan dan mengakibatkan kompaksi dan amblesan tanah.
·
Penambangan pada badan
bijih yang mempunyai kemiringan yang sangat tajam dan berbentuk pipa.
·
Pengeringan pada
endapan gambut atau lignite.
·
Akibat tektonik,
biasanya peristiwa ini terjadi akibat turunnya bagian bawah dari patahan atau
sinklin. Umumnya terjadi sangat lambat walaupun pernah terjadi amblesan sedalam
2 m dalam waktu yang singkat.
·
Beban dari luar.
·
h. Pelarutan batuan di
bawah tanah. Amblesan ini umumnya terjadi akibat proses pelapukan kimia pada
batu gamping, dolomite dan gipsum. Pelarutan ini merupakan proses alamiah,
tetapi akibat perubahan hidrologi kemungkinan proses pelarutan akan dipercepat
sehingga menyebabkan amblesan.
3. Proses
Terjadinya Amblesan Tanah
Pada awalnya ada sebuah retakan
yang membentuk lubang akibat masuknya air. Daerah ini biasanya terjadi pada
daerah yg tersusun oleh batu gamping. Batugamping ini “relatip” mudah
terlarutkan ketimbang batupasir (batuan yang terssun oleh pasir, biasanya
mineral kuarsa). Relatif mudah terlarutkan ini jangan coba-coba di rumah
melarutkan batugamping ya,proses pelarutan ini berjalan dalam puluhan ribu
tahun juga.
Karena adanya aliran bawah tanah,
maka akan muncul rongga karena bagian bawah terjadi erosi oleh aliran sungai
bawah tanah.
Proses ini berlangsung terus
menerus dengan kikisan serta jatuhan dari batuan diatasnya. Hingga akhirnya
bolongan ini membentuk ruang cukup lebar dan “jembatan” dibagian atas tidak
kuat menahan dan …
BLUNG
! Lubang ini tidak seluruhnya memenuhi hingga dasar terbawah, karena volume
yang mengisi batuan atas tidak seluruhnya hilang. Kedalaman lubang bisa mulai
hanya beberapa meter hingga berukuran besar sedalam 100 meter seperti yang di
Guatemala itu.
Proses pengendapan diatas cekungan
ini akhirnya menutup Luweng yang seringkali tidak disadari oleh penghuni
diatasnya.
Proses siklus ini berjalan ribuan
tahun yang dalam skala geologi yang sering dalam juta tahun bisa saja hanya
disebut proses yang sekejap. Tetapi walaupun telah terjadi hanya seribu tahun
yang lalu, barangkali kita tidak memiliki rekaman itu, dan kita hanya
menggunakan tanah diatasnya itu seolah-olah dahulu tidak terjadi apa-apa.
4. Dampak
Yang Ditimbulkan Oleh Amblesan Tanah
·
Retakan pada
dinding batu yang disebabkan oleh tekanan dan tarikan.
·
Mengubah bentuk
bingkai pintu dan jendela, dan badan jalan.
·
Bangunan-bangunan
tinggi menjadi tidak seimbang atau miring, misalnya chimney, tower transmisi.
·
Masuknya air ke
area penambangan.
·
Banjir pada
daerah rendah atau menjadi rawa.
·
Kerusakan pada
jaringan pipa atau terjadinya aliran balik di dalam pipa.
·
Retakan terbuka
sampai ke permukaan tanah akan mengakibatkan rusaknya konstruksi di atasnya.
Perubahan pola aliran permukaan dan air tanah.
5. Upaya
Penanggulangan
Meskipun suatu
lahan atau kawasan berdasarkan kondisi alamnya rentan
(berpotensi) untuk bergerak atau longsor, potensi
gerakan tanah ini dapat diminimalkan
dengan beberapa langkah berikut.
·
Identifikasi
zona yang rentan bergerak
·
Identifikasi
faktor kunci penyebab gerakan tanah
·
Menerapkan
rekayasa untuk :
• meminimalkan
pemicu atau pengaruh pemicu
• memperkuat
lereng
Identifikasi zona yang rentan bergerak.
Identifikasi
zona rentan bergerak merupakan langkah awal dalam tahapan
pencegahan dan atau pengendalian gerakan tanah.
Identifikasi zona rentan dilakukan
dengan penyelidikan terhadap faktor-faktor pengontrol
gerakan tanah. Hasil penyelidikan
kemudian dianalisis secara terpadu dan digambarkan
dalam peta sebaran zona-zona
dengan tingkat kerentanan yang bervariasi. Tingkat
kerentanan gerakan tanah dibedakan
menjadi: :
• kerentanan tinggi
• kerentanan menengah
• kerentanan rendah
• kerentanan sangat rendah
Semakin tinggi
tingkat kerentanan suatu zona berarti semakin besar pula kemungkinan
terjadinya gerakan tanah.
Dengan diketahuinya variasi tingkat kerentanan suatu
kawasan atau daerah
terhadap gerakan tanah, maka dapat disusun strategi
pencegahan dan
penanggulangannya secara lebih efektif. Misal: upaya
perkuatan lereng hanya
diprioritaskan pada zona dengan tingkat kerentanan
tinggi saja, sedangkan untuk zona
dengan tingkat kerentanan menengah cukup dilakukan
dengan penanaman vegetasi yang
bersifat memperkuat lereng. Jadi akhirnya dapat
ditetapkan zona mana yang aman untuk
dikembangkan dan zona mana yang harus diproteksi.
Identifikasi
faktor kunci penyebab gerakan tanah.
Faktor kunci
merupakan faktor yang paling signifikan berpengaruh terhadap proses
terjadinya gerakan tanah, dan seringkali merupakan
faktor yang paling sensitif untuk
bereaksi terhadap perubahan ekosistem.
Teridentifikasinya faktor kunci ini sangat penting
dalam menetapkan teknik atau rekayasa pencegahan/
pengendalian gerakan tanah yang
efektif.
Identifikasi ini
dilakukan dengan cara penyelidikan terhadap kondisi, sebaran dan
proses-proses yang dicurigai sebagai faktor penyebab
gerakan tanah. Penyelidikan geologi
merupakan basis utama dalam indentifikasi ini, yang
kemudian perlu diintegrasikan dengan
penyelidikan hidrologi dan penggunaan lahan.
Ketelitian dalam penyelidikan ini juga
bervariasi, tergantung pada target atau produk yang
ingin dicapai dari hasil penyelidikan.
Untuk produk
yang berupa arahan kebijakan pengendalian kawasan di suatu wilayah
propinsi, minimal diperlukan ketelitian penyelidikan
dengan skala peta 1 : 100.000. Untuk
6 wilayah kabupaten minimal diperlukan ketelitian
penyelidikan dengan skala peta 1 : 50.000
hingga skala 1 : 25.000.
Menerapkan rekayasa untuk pencegahan/ pengendalian.
Sebelum rekayasa
diterapkan perlu dilakukan penyelidikan lebih dahulu guna
mengetahui faktor kunci penyebab gerakan tanah.
Penyelidikan harus dilakukan secara
detil (skala 1 : 10.000 hingga skala 1 : 100).
Rekayasa yang dapat diterapkan untuk meminimalkan
pemicu/ pengaruh pemicu
atau untuk memperkuat lereng meliputi :
• rekayasa teknis
• rekayasa vegetatif.
• kombinasi keduanya.
Skala ruang dan waktu pemicu longsor dan banjir
Berbagai
peristiwa yang memiliki kaitan dengan longsor dan banjir, antara lain iklim,
termasuk di dalamnya kejadian El Nino yang dapat
mengakibatkan kekeringan atau curah
hujan berlebihan di suatu daerah. Jika curah hujan
berlebihan dari curah hujan biasa maka
bisa memicu longsor ataupun banjir. El Nino mempunyai
siklus 4-10 tahunan dengan
pengaruh keruangan/spasial sampai dengan ribuan
kilometer persegi dan kehadirannya
bisa dipantau melalui satelit, sehingga bisa diduga
kapan El Nino memberikan curah hujan
berlebihan di suatu daerah. Saat itulah merupakan saat
waspada longsor maupun banjir.
Wilayah Indonesia bagian selatan dan timur merupakan
jalur gempabumi yang juga
bisa memicu longsoran. Siklus suatu gempabumi bisa
puluhan sampai ratusan tahun,
namun saat terjadi hanya berlangsung beberapa menit
saja dan akibatnya bisa mencakup
daerah seluas ratusan kilometer persegi. Seperti di
daerah Sengir, Prambanan, telah terjadi
gerakan tanah yang mengakibatkan di daerah kepala
ambles setinggi 4 meter dan di
daerah toe mengalami kenaikan beberapa meter. Hal ini
terjadi sesaat setelah gempabumi
Yogyakarta pada tanggal 27 Mei 2006.
Oleh karena itu dalam rangka upaya mitigasi bencana
longsor dan banjir, perlu
kiranya dipertimbangkan arti perbedaan dimensi dari
setiap peristiwa tersebut untuk
diletakkan di dalam kerangka skala waktu maupun skala
ruang pemicunya.
0 komentar :
Posting Komentar