Makalah IPA
Tentang
: Bencana alam
Di susun oleh : Nurul
Hidayat
X-MM2
SMKN
2 GARUT
DAFTAR
ISI
1. Tsunami
·
Pengertian
·
Penyebab
·
Proses Terjadinya
·
Dampak
·
Upaya Penanggulangan
2. Gempa
bumi
·
Pengertian
·
Penyebab
·
Proses Terjadinya
·
Dampak
·
Upaya Penanggulangan
3. Gunung
Meletus
·
Pengertian
·
Penyebab
·
Proses Terjadinya
·
Dampak
·
Upaya Penanggulangan
4. Banjir
·
Pengertian
·
Penyebab
·
Proses Terjadinya
·
Dampak
·
Upaya Penanggulangan
5. Kebakaran
hutan
·
Pengertian
·
Penyebab
·
Proses Terjadinya
·
Dampak
·
Upaya Penanggulangan
6. Erosi
\tanah longsor
·
Pengertian
·
Penyebab
·
Proses Terjadinya
·
Dampak
·
Upaya Penanggulangan
7. Angin
putting beliung
·
Pengertian
·
Penyebab
·
Proses Terjadinya
·
Dampak
·
Upaya Penanggulangan
8.Amblasan tanah
·
Pengertian
·
Penyebab
·
Proses Terjadinya
·
Dampak
·
Upaya Penanggulangan
Tsunami
1. Pengertian
Tsunami (bahasa Jepang: 津波;
tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti "ombak besar di
pelabuhan") Tsunami adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh
perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan
laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut,
letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman meteor
di laut.
Gelombang tsunami dapat merambat ke
segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap
terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami
dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan
pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter.
Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di
tengah laut.Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga
sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai
puluhan meter.
Hantaman gelombang Tsunami bisa
masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa
yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun
material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
Sejarawan Yunani bernama Thucydides
merupakan orang pertama yang mengaitkan tsunami dengan gempa bawah laut. Namun
hingga abad ke-20, pengetahuan mengenai penyebab tsunami masih sangat minim.
Penelitian masih terus dilakukan untuk memahami penyebab tsunami.
Geologi, geografi, dan oseanografi
pada masa lalu menyebut tsunami sebagai "gelombang laut seismik".
Beberapa kondisi meteorologis,
seperti badai tropis, dapat menyebabkan gelombang badai yang disebut sebagai
meteor tsunami yang ketinggiannya beberapa meter di atas gelombang laut normal.
Ketika badai ini mencapai daratan, bentuknya bisa menyerupai tsunami, meski
sebenarnya bukan tsunami. Gelombangnya bisa menggenangi daratan.
Gelombang badai ini pernah
menggenangi Burma (Myanmar) pada Mei 2008.Wilayah di sekeliling Samudra Pasifik
memiliki Pacific Tsunami Warning Centre (PTWC) yang mengeluarkan peringatan
jika terdapat ancaman tsunami pada wilayah ini. Wilayah di sekeliling Samudera
Hindia sedang membangun Indian Ocean Tsunami Warning System (IOTWS) yang akan
berpusat di Indonesia.Bukti-bukti historis menunjukkan bahwa megatsunami
mungkin saja terjadi, yang menyebabkan beberapa pulau dapat tenggelam
·
Perbedaan gelombang
badai dengan tsunami
o Gelombang
badai menerjang pantai dalam bentuk arus melingkar dan tidak membanjiri daerah
yang lebih tinggi.
o Tsunami
menerjang pantai dalam bentuk arus lurus, bagai tembok air, dengan kecepatan
tinggi dan masuk jauh ke daratan.
o Dengan
bentuk gelombang demikian, maka tsunami sulit dihadang, terutama dengan
ketinggiannya yang mencapai belasan meter dan kecepatan ratusan kilometer per
jam.
2. Penyebab
Terjadinya Tsunami
·
Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang
menyebabkan perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa
bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah
akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami
diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.
·
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat
mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan
terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi
gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
·
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada
kedalaman laut di mana gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai
ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan
menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang
dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga
beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai
puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami
akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai
beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.
·
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan
bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana
lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.
·
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta
runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat
menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi.
Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air
laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis
atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup
besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.
3.
Proses Terjadinya
Tsunami
Proses
terjadinya tsunami dapat dijelaskan sebagai berikut:
·
Gempa bawah laut
merenggutkan massa besar air laut dalam satu hentakan kuat.
·
Gelombang balik air
menerjang dengan kecepatan hingga 800 Km/jam
·
Mendekati pantai,
gelombang melambat namun mendesak ke atas.
·
Gelombang menghempas ke
daratan dan menghancurkan apapun di belakang pantai.
·
Secara skematis
mekanisme terjadinya tsunami dapat digambarkan sebagaimana ilustrasi berikut
ini, dengan contoh proses surutnya pantai dan kemudian gelombang berbalik
menghantam pantai di Srilanka.
4.
Dampak yang ditimbulkan
oleh Tsunami
·
Dampak positif dari
bencana tsunami
o Bencana
alam merenggut banyak korban,sehingga lapangan pekerjaan menjadi terbuka luas
bagi yang masih hidup,,
o Menjalin
kerjasama dan bahu membahu untuk menolong korban bencana,menimbulkan efek
kesadaran bahwa manusia itu saling membutuhkan satu sama lain..anggap aja ini
kegunaany scara psikologis ya..
o Kita
bisa mengetahui sampai dimanakah kekuatan konstruksi bangunan kita serta
kelemahannya..dan kita dapat melakukan inovasi baru untuk penangkalan apabila
bencana tersebut datang kembali tetapi dgn konstruksi yg lbh baik..
·
Dampak negatif dari
bencana tsunami
o Merusak
apa saja yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban
jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian,
tanah, dan air bersih.
o Banyak
tenaga kerja ahli yang menjadi korban sehingga sulit untuk mencari lagi tenaga ahli yang sesuai dalam bidang
pekerjaanya
o Pemerintah
akan kewalahan dalam pelaksaan pembangunan pasca bencana karna faktor dana yang
besar..
o Menambah
tingkat kemiskinan apabila ada masyarakat korban bencanayang kehilangan
segalanya
5. Upaya
Penaggulangan Tsunami
Langkah-langkah yang
patut dipahami;tentangcara penanggulangan tsunami adalah:
·
Evakuasi bencana
tsunami dilakukan secara intensif.
·
Pengelolaan pengungsi
dilakukan secara maksimal dan kontinu.
·
Tanpa lelah dan putus
asa terus dilakukan pencarian terhadap orang hilang, dan pencarian jenazah.
·
Membuka jalur atau
lintasan yang belum tersentuh logistik. Hal ini terjadi di Mentawai yang sulit
dijangkau tim penanganan bencana.
·
Memulihkan secepatnya
jaringan komunikasi antar daerah supaya proses evakuasi bisa berjalan lancar.
·
Segera lakukan
pembersihan kota atau daerah yang terkena bencana.
·
Alokasikan dana besar
pemerintah untuk penanggulangan bencana.
·
Libatkan berbagai
elemen masyarakat yang bersedia untuk penanganan bencana tsunami.
Gempa Bumi
1. Pengertian
Gempabumi
adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara
tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Energi
yang dihasilkan dipancarkan kesegala arah berupa gelombang gempabumi sehingga
efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi.Semakin besar energi yang
dilepas semakin kuat gempa yang terjadi.
Kejadian
bencana alam tidak dapat dicegah dan ditentukan kapan dan dimana lokasinya,
akan tetapi pencegahan jatuhnya korban akibat bencana ini dapat dilakukan bila
terdapat cukup pengetahuan mengenai sifat-sifat bencana tersebut.
Klasifikasi
gempa, antara lain:
·
Berdasarkan penyebabnya
:
o Gempa
tektonik, yaitu gempa yang disebabkan oleh pergeseran lapisan batuan pada
daerah patahan.
o Gempa
vulkanik,yaitu gempa yang diakibatkan oleh aktivitas vulkanisme.
o Gempa
guguran (gempa runtuhan), yaitu disebabkan oleh runtuhnya bagian gua.
o Gempa
tumbukan, yaitu gempa yang disebabkan oleh meteor besar yang jatuh ke bumi.
·
Berdasarkan bentuk episentrum
:
o Gempa
sentral, yaitu gempa yang episentrumnya titik
o Gempa
linier, yaitu gempa yang episentrumnya garis.
·
Berdasarkan kedalaman
hiposentrum
o Gempa
dalam, yaitu lebih dari 300 km
o Gempa
menengah, yaitu antara 100-300 km
o Gempa
dangkal, yaitu kurang dari 100 km
Berdasarkan
jarak episentrum
o Gempa
lokal, yaitu episentrumnya kurang dari 10000 km.
o Gempa
jauh, yaitu episentrumnya sekitar 10000 km.
o Gempa
sangat jauh, yaitu episentrumnya lebih dari 10000 km.
Data dalam ilmu
kebumian selalu berkaitan dengan kedalaman dan ketebalan. Oleh karena itu,seorang
ahli ilmu kebumian harus mempunyai kemampuan untuk menentukan kedalaman dan
ketebalan. Kedalaman sendiri sebebarnya adalah lokasi sebuah titik, yang diukur
secara vertikal terhadap ketinggian titik acuan. Dalam ilmu Geofisika misalnya.
Dikenal klasifikasi gempa berdasarkan kedalaman. Menurut Fowler, 1990,
klasifikasi gempa berdasarkan kedalaman fokus adalah :
o Gempa
dangkal : kedalaman fokus gempa kurang dari 70 km
o Gempa
sedang : kedalamanan fokus gempa kurang dari 300 km
o Gempa
dalam : kedalaman fokus gempa lebih dari 300 km (kadang-kadang lebih dari 450
km)
Seperti halnya kedalaman, kemampuan
untuk menentukan ketebalan juga sangat diperlukan dalam ilmu kebumian. Dengan
mengetahui cara menghitung ketebalan, ahli kebumian bisa menyelidiki ketebalan
lapisan-lapisan penyusun bumi sehingga kita bisa mengetahui bahwa ketebalan
kerak bumi mencapai 100 km, ketebalan matel adalah sekitar 2900 km, liquid
outer core sekitar 2200 km, dan solid inner core sekitar 1250 km
Analisis geometri akifer (aquifer :
lapisan yang dapat menyimpan dan mengalirkan air dalam jumlah yang ekonomis.
Contoh : pasir, kerikil, batupasir, batugamping rekahan.) juga melibatkan
analisis kedalaman dan ketebalan.
Selain klasifikasi gempa di atas
dikenal juga gempa laut, yaitu gempa yang episentrumnya terdapat di bawah
permukan laut. Gempa ini menyebabkan terjadinya gelombang pasang yang dahsyat,
disebut tsunami. Seismograf adalah alat pencatat gempa, sedang seismogram
adalah rekaman atau hasil catatan seismograf.
2. PeyebabTerjadinya
Gempa
Gempa
bumi didefinisikan sebagai getaran yang bersifat alamiah, yang terjadi pada
lokasi tertentu, dan sifatnya tidak berkelanjutan. Getaran pada bumi terjadi
akibat dari adanya proses pergeseran secara tiba-tiba (sudden slip) pada kerak
bumi. Pergeseran secara tiba-tiba terjadi karena adanya sumber gaya (force)
sebagai penyebabnya, baik bersumber dari alam maupun dari bantuan manusia
(artificial earthquakes). Selain disebabkan oleh sudden slip, getaran pada bumi
juga bisa disebabkan oleh gejala lain yang sifatnya lebih halus atau berupa
getaran kecil-kecil yang sulit dirasakan manusia. Getaran tersebut misalnya
yang disebabkan oleh lalu-lintas, mobil, kereta api, tiupan angin pada pohon
dan lain-lain. Getaran seperti ini dikelompokan sebagai mikroseismisitas
(getaran sangat kecil). Dimana tempat biasa terjadinya gempa bumi alamiah yang
cukup besar, berdasarkan hasil penelitian, para peneliti kebumian menyimpulkan
bahwa hampir 95 persen lebih gempa bumi terjadi di daerah batas pertemuan antar
lempeng yang menyusun kerak bumi dan di daerah sesar atau fault.
Para
peneliti kebumian berkesimpulan bahwa penyebab utama terjadinya gempa bumi
berawal dari adanya gaya pergerakan di dalam interior bumi (gaya konveksi
mantel) yang menekan kerak bumi (outer layer) yang bersifat rapuh, sehingga
ketika kerak bumi tidak lagi kuat dalam merespon gaya gerak dari dalam bumi
tersebut maka akan membuat sesar dan menghasilkan gempa bumi. Akibat gaya gerak
dari dalam bumi ini maka kerak bumi telah terbagi-bagi menjadi beberapa fragmen
yang di sebut lempeng (Plate). Gaya gerak penyebab gempa bumi ini selanjutnya
disebut gaya sumber tektonik (tectonic source).
3. Proses
Terjadinya Gempa
Terdapat
dua teori yang menyatakan proses terjadinya atau asal mula gempa yaitu
pergeseran sesar dan teori kekenyalan elastis. Gerak tiba2 sepanjang sesar
merupakan penyebab yang sering terjadi. Klasifikasi gempa bumi secara umum
berdasarkan sumber kejadian gempa (R.Hoernes, 1878). Setiap bencana alam selalu
mengakibatkan penderitaan bagi masyarakat, korban jiwa dan harta benda kerap
melanda masyarakat yang berada di sekitar lokasi bencana.
4. Dampak
Yang Ditimbulkan Oleh Gempa
Dampak
gempa bumi – Goncangan gempa bisa sangat hebat dan dampak yang ditimbulkannya
juga tidak kalah dahsyat. Gempa merupakan salah satu fenomena alam yang
menimbulkan bencana. Dilihat dari efek atau akibat yang ditimbulkan,
kejadian-kejadian yang mungkin terjadi mengiringi peristiwa gempa bumi sebagai
berikut.
·
Gelombang tsunami
Salah satu akibat dari gempa bumi
adalah munculnya gelombang tsunami jika sumber gempa di bawah laut. Gelombang
tsunami tersebut muncul jika di pusat gempa terjadi patahan lempeng bumi turun
sehingga air laut surut sementara. Akan tetapi tidak lama kemudian gelombang
sangat tinggi dan berkecepatan luar biasa menerjang pantai dan masuk jauh ke
daratan. Selanjutnya gelombang ini merusak apa saja yang dilaluinya.
Sebelum tsunami muncul, biasanya
muncul tanda-tanda seperti terjadi gerakan tanah, getaran kuat, muncul cairan
hitam atau putih dari arah laut, biasanya juga terdengar bunyi keras, tercium
bau garam menyengat dan air laut terasa dingin.
·
Kerusakan bangunan
Gempa merupakan suatu pergerakan
permukaan bumi disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik yang terdapat di
bawah permukaan bumi. Dengan bergoyangnya permukaan bumi, maka
bangunan-bangunan seperti gedung sekolah, pusat pertokoan, perkantoran, maupun
rumah-rumah penduduk dapat hancur atau paling tidak retak.
·
Mengubah topografi atau
bentuk muka bumi
Dari hasil penelitian Walhi (Wahana
Lingkungan Hidup) Yogyakarta diketahui bahwa terjadi perubahan topografi tanah
di sekitar Yogyakarta akibat gempa bumi tanggal 27 Mei 2006 yang lalu. Gempa
bumi tersebut memicu longsoran tanah dan mengakibatkan perubahan struktur tanah
di daerah-daerah berlereng curam akibat guncangan gempa. Struktur tanah seperti
ini berbutir kasar dan dalam kondisi kering akan merapat. Akibat pengaruh
gempa, tegangan pori udara dalam lapisan tanah pasir meningkat, dan tegangan
efektif tanah menurun hingga mencapai nilai terendah. Dengan demikian tanah
kehilangan kekuatan sehingga mengakibatkan runtuhnya lapisan di atas pembentuk
lereng dan memicu terjadi tanah longsor.
·
Menyebabkan keretakan
permukaan bumi
Selain tsunami dan hancurnya
infrastruktur, gempa bumi juga mengakibatkan keretakan permukaan tanah.
Keretakan ini disebabkan permukaan tanah ikut bergerak ketika lempeng tektonik
di bawahnya saling berbenturan.
·
Menyebabkan perubahan
tata air tanah
Pada dasarnya sebelum terjadi gempa
tata air tanah bersifat terbuka, tidak bertekanan, berlapis-lapis sesuai dengan
struktur batuan dan tanah sehingga ada mata air kecil, relatif besar, dan sudah
terbentuk kantong-kantong air di bawah tanah. Kantong-kantong air tersebut
secara rutin terisi oleh saluran primer, sekunder, dan tersier berdasarkan
struktur dan kestabilan tanah yang telah terbentuk sebelumnya. Ketika terjadi
gempa bumi lapisan dalam kantong-kantong air ini patah sehingga terjadi
kebocoran, lapisan tanah terkoyak, dan bergeser. Oleh karena itu wajar jika
setelah gempa tiba-tiba ada mata air yang mati, sumur kering, atau muncul mata
air baru di tempat lain. Hilangnya mata air atau munculnya mata air baru di
tempat lain akibat patahan dan pergeseran kantong-kantong air ini menunjukkan
adanya perubahan tata air setelah guncangan gempa.
·
Mengakibatkan trauma
psikis atau mental
Ternyata bencana gempa, gunung
meletus, dan tsunami tidak hanya mengakibatkan kerusakan fisik atau bangunan,
harta benda, dan jiwa manusia, tetapi juga kondisi kejiwaan bagi para korban.
Akibat bencana tersebut, sebagian besar korban dapat mengalami penderitaan
biopsikososial yaitu gangguan akan kewaspadaan dan kepekaan yang berlebihan
terhadap sekadar perubahan suara, perubahan keadaan, dan aneka perubahan kecil
lain yang sebenarnya wajar terjadi di tengah kehidupan sehari-hari.
5. Upaya
Penaggulangan
Gempa bumi merupakan gejala alam
yang membawa kerusakan dan kehancuran bagi lingkungan dan makhluk hidup,
sehingga gejala alam tersebut menjadi suatu bencana. Diperkirakan gempa terjadi
di dunia 400 – 500 kali dalam setahun dan di Indonesia sekitar 40 – 50 kali
dalam setahun.
Oleh karena membawa dampak
merugikan bagi kehidupan khususnya kehidupan manusia maka diperlukan
upaya-upaya antisipasi baik sebelum terjadi gempa, saat terjadi gempa, dan
setelah terjadi gempa. Upaya tersebut diperlukan mengingat letak Indonesia yang
berada pada zona utama gempa bumi.
·
Upaya penanggulangan
sebelum terjadi gempa:
o Mengetahui
pintu-pintu keluar masuk untuk keadaan darurat.
o Barang/benda
yang berbobot berat disimpan di tempat yang kokoh dan stabil terhadap
guncangan.
o Pipa
saluran gas dan pipa saluran air dipastikan tidak bocor dan tertutup baik saat
tidak digunakan untuk mencegah bencana pengiring gempa seperti kebakaran dan
gangguan sanitasi.
o Kabel-kabel
listrik ditata rapi untuk menghindari hubungan singkat akibat guncangan dan
dipastikan sekering berfungsi dengan baik.
·
Upaya penanggulangan
saat terjadi gempa:
o Jika
berada di dalam bangunan: usahakan tetap tenang dan tidak panic, gunakan pintu
dan tangga darurat untuk keluar dan jangan menggunakan lift atau elevator,
jangan berlindung di bawah jembatan, jalan laying, ataupun benda-benda yang
menggantung tapi berlindunglah di bawah meja yang kokoh, dan jangan dulu masuk
bangunan sebelum dipastikan tidak terjadi gempa susulan selang beberapa lama.
o Jika
berada di luar bangunan: carilah tanah lapang, jangan berlindung di bawah pohon
atau di tempat dekat tiang/gardu listrik, dan jika getaran gempa kuat, ambillah
posisi duduk daripada berdiri.
o Jika
sedang mengemudikan kendaraan; hentikan perjalanan dan segera menepi, jangan
memberhentikan kendaraan di atas jembatan, jalan laying, atau persimpangan
jalan, dan jangan segera melanjutkan perjalanan sebelum dipastikan tidak
terjadi gempa susulan selang beberapa lama.
·
Upaya penanggulangan
setelah terjadi gempa:
o Periksa
diri Anda dan orang di sekeliling Anda apakah baik-baik saja atau mengalami
luka-lukaa.
o Jika
terdapat korban yang mengalami luka-luka, gunakan kotak P3K sebagai pertolongan
pertama dan segera bawa ke Puskesmas/rumah sakit terdekat.
o Nyalakan
radio atau televise untuk mengetahui informasi dari instansi pemerintah.
o Jika
getaran gempa cukup kuat, dirikanlah untuk sementara tenda-tenda darurat di
halaman atau tanah lapang untuk menghindari gempa susulan.
o Periksa
keadaan rumah dan sekeliling rumah Anda, jika terdapat puing-puing segera
dibersihkan.
Gunung
Meletus
1. Pengertian
Gunung
meletus, terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar
oleh gas yang bertekanan tinggi. Dari letusan-letusan seperti inilah gunung
berapi terbentuk. Letusannya yang membawa abu dan batu menyembur dengan keras
sejauh radius 18 km atau lebih, sedang lavanya bisa membanjiri daerah sejauh
radius 90 km. Letusan gunung berapi bisa menimbulkan korban jiwa dan harta
benda yang besar sampai ribuan kilometer jauhnya dan bahkan bias mempengaruhi
putaran iklim di bumi ini. Hasil letusan gunung berapi berupa:
·
Gas Vulkanik
·
Lava dan Aliran Pasir
serta Batu Panas
·
Lahar
·
Abu Letusan
·
Awan Panas
(Piroklastik)
Gas
vulkanik adalah gas-gas yang dikeluarkan saat terjadi letusan gunung berapi
yang dikeluarkan antara lain carbon monoksida (CO), Carbondioksida(Co2),
Hidrogen Sulfida (H2S), sulfurdioksida(SO2) dan nitrogen (NO2) yang
membahayakan manusia.
Lava
adalah cairan magma yang bersuhu tinggi yang mengalir ke permukaan melalui
kawah gunung berapi. Lava encer mampu mengalir jauh dari sumbernya mengikuti
sungai atau lembah yang ada sedangkan lava kental mengalir tidak jauh dari
sumbernya.
Lahar
adalah merupakan salah satu bahaya bagi masyarakat yang tingla di lereng gunung
berapi. Lahar adalah banjir Bandang di lereng gunung yang terdiri dari campuran
bahan vulkanik berukuran lempung sampai bongkah. Dikenal sebagai lahar letusan
dan lahar hujan. Lahar letusan terjadi apabila gunung berapi yang memiliki
danau kawah meletus, sehingga air danau yang panas bercampur dengan material
letusan, sedangkan lahar hujan terjadi karena percampuran material letusan
dengan air hujan di sekitar puncaknya.
Abu
letusan gunung berapi adalah material yang sangat halus. Karena hembusan angin
dampaknya bisa dirasakan ratusan kilometer jauhnya. Dampak abu letusan
permasalahan pernafasan, kesulitan penglihatan, pencemaran sumber air bersih,
menyebabkan badai listrik, mengganggu kerja mesin dan kendaraan bermotor,
merusak atap, merusak ladang, merusak infrastruktur tubuh.
Awan
panas bisa berupa awan panas aliran, awan panas hembusan dan awan panas
jatuhan. Awan panas aliran adalah awan dari material letusan besar yang panas,
mengalir Turun dan akhirnya mengendap di dalam dan disekitar sungai dari
lembah. Awan panas hembusan adalah awan dari material letusan kecil yang panas,
dihembuskan angin dengan kecepatan mencapai 90 km/jam. Awan panas jatuhan
adalah awan dari material letusan panas besar dan kecil yang dilontarkan ke
atas oleh kekuatan letusan yang besar. Material berukuran besar akan jatuh di
sekitar puncak sedangkan yang halus akan jatuh mencapai puluhan, ratusan bahkan
ribuan km dari puncak karena pengaruh hembusan angin. Awan panas bisa
mengakibatkan luka bakar pada bagian tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan,
leher atau kaki dan juga menyebabkan sesak sampai tidak bernafas.
2. Penyebab
teradinya Gunung Meletus
·
Peningkatan kegempaan
vulkanik
·
Peningkatan suhu kawah
·
Peningkatan gelombang
magnet dan listrik, hingga terjadinya deformasi pada tubuh gunung.
·
Lempeng-lempeng bumi
saling berdesakan dan magma di perut bumi pun mendesak serta mendorong
permukaan bumi dan memicu aktivitas geologis, vulkanik, dan tektonik.
·
Akibat tekanan yang
amat tinggi, magma mendesak keluar (erupsi) dari permukaan bumi sebagai lava.
3. Proses
terjadinya Gunung Meletus
Dalam
beberapa letusan, gumpalan awan besar naik ke atas gunung, dan sungai lava
mengalir pada sisi-sisi gunung tersebut. Dalam letusan yang lain, abu merah
panas dan bara api menyembur keluar dari puncak gunung, dan bongkahan batu-batu
panas besar terlempar tinggi ke udara. Sebagian kecil letusan memiliki kekuatan
yang sangat besar, begitu besar sehingga dapat memecah-belah gunung
Pada
dasarnya, gunung berapi terbentuk dari magma, yaitu batuan cair yang terdalam
di dalam bumi. Magma terbentuk akibat panasnya suhu di dalam interior bumi.
Pada kedalaman tertentu, suhu panas ini sangat tinggi sehingga mampu melelehkan
batu-batuan di dalam bumi. Saat batuan ini meleleh, dihasilkanlah gas yang
kemudian bercampur dengan magma. Sebagian besar magma terbentuk pada kedalaman
60 hingga 160 km di bawah permukaan bumi. Sebagian lainnya terbentuk pada
kedalaman 24 hingga 48 km
Magma
yang mengandung gas, sedikit demi sedikit naik ke permukaan karena massanya
yang lebih ringan dibanding batu-batuan padat di sekelilingnya. Saat magma
naik, magma tersebut melelehkan batu-batuan di dekatnya sehingga terbentuklah
kabin yang besar pada kedalaman sekitar 3 km dari permukaan. Magma chamber
inilah yang merupakan gudang (reservoir) darimana letusan material-material
vulkanik berasal
Magma
yang mengandung gas dalam kabin magma berada dalam kondisi di bawah tekanan
batu-batuan berat yang mengelilinginya. Tekanan ini menyebabkan magma meletus
atau melelehkan conduit (saluran) pada bagian batuan yang rapuh atau retak.
Magma bergerak keluar melalui saluran ini menuju ke permukaan. Saat magma
mendekati permukaan, kandungan gas di dalamnya terlepas. Gas dan magma ini
bersama-sama meledak dan membentuk lubang yang disebut lubang utama (central
vent). Sebagian besar magma dan material vulkanik lainnya kemudian menyembur
keluar melalui lubang ini. Setelah semburan berhenti, kawah (crater) yang
menyerupai mangkuk biasanya terbentuk pada bagian puncak gunung berapi.
Sementara lubang utama terdapat di dasar kawah tersebut
4. Dampak
Yang Ditimbulkan Oleh Gunung Meletus
·
Dampak Negatif:
o Bahaya
langsung, terjadi pada saat letusan (lava, awan panas, jatuhan piroklastik/bom,
lahar letusan dan gas beracun).
o Bahaya
tidak langsung, terjadi setelah letusan (lahar hujan, kelaparan akibat rusaknya
lahan pertanian/perkebunan/ perikanan),
kepanikan, pencemaran udara/air oleh gas racun: gigi kuning/ keropos,endemi
gondok, kecebolan dsb.
·
Dampak Positif :
o Bahan
galian: seperti batu dan pasir bahan bangunan, peralatan rumah tangga,patung,
dan lain lain.
o Mineral
: belerang, gipsum,zeolit dan juga mas (epitermal gold).
o Energi
panas bumi: listrik, pemanas ruangan, agribisnis
o Mata
air panas : pengobatan/terapi kesehatan.
o Daerah
wisata: keindahan alam
o Lahan
yang subur: pertanian dan perkebunan
o Sumberdaya
air: air minum, pertanian/peternakan, dll.
5. Upaya
Penaggulangan
·
Upaya penanggulangan
sebelum terjadi Letusan:
o Cari
tahu tentang system pengamanan di komunitas daerah masing-masing serta bagan
alur keadaan darurat
o Waspadai
mengenai bahaya yang menyertai letusan gunungapi yaitu :
§ Lahar
dan banjir bandang
§ Longsor
dan hujan batu (material gunung api)
§ Gempa
bumi
§ Hujan
abu dan hujan asam
§ Tsunami
o Lakukan
rencana evakuasi
§ Apabila
anda tinggal di daerah rawan bencana gunung api, harus ingat route mana yang aman untuk dilalui.
§ Bentuk
komunitas bahaya bencana gunungapi
§ Apabila
anggota keluarga tidak berkumpul ketika terjadi letusan (misalnya yang dewasa
sedang bekerja dan anak-anak sedang sekolah) usahakan untuk berkumpul dalam
keluarga jangan terpisah.
§ Mintalah
keluarga yang tinggal berjauhan untuk saling mengontak sebagai ‘hubungan
keluarga’ sebab sehabis terjadi bencana biasanya lebih mudah untuk kontak jarak
jauh.Tiap anggota keluarga usahakan untuk mengetahui nama, alamat dan nomor
telepon anggota keluarga yang lain.
o Buatlah
persediaan perlengkapan darurat seperti :
§ Batere/
senter dan extra batu batere
§ Obat-obatan
untuk pertolongan pertama
§ Makanan
dan air minum untuk keadaan darurat.
§ Pembuka
kaleng
§ Masker
debu
§ Sepatu
§ Pakailah
kacamata dan gunakan masker apabila terjadi hujan abu.
o Hubungi
pihak-pihak yang berwenang mengenai penanggulangan bencana.
o Walaupun
tampaknya lebih aman untuk tinggal di dalam rumah sampai gunungapi berhenti meletus, tapi apabila anda tinggal
di daerah rawan bahaya gunungapi akan sangat berbahaya. Patuhi instruksi yang
berwenang dan lakukan secepatnya.
·
Upaya penanggulangan
saat terjadi Letusan:
o Ikuti
perintah pengungsian yang diperintahkan oleh yang berwenang.
o Hindari
melewati searah dengan arah angin dan sungai-sungai yang berhulu di puncak gunung yang sedang meletus.
o Apabila
terjebak di dalam ruangan/ rumah :
§ Tutup
seluruh jendela, pintu-pintu masuk dan lubang /keran
§ Letakkan
seluruh mesin ke dalam garasi atau tempat yang tertutup.
§ Bawa
binatang atau hewan peliharaan lainnya ke dalam ruang yang terlindung
o Apabila
berada di ruang terbuka:
§ Cari
ruang perlindungan .
§ Apabila
terjadi hujan batu, lindungi kepala dengan posisi melingkar seperti bola. Apabila terjebak dekat suatu aliran,
hati-hati terhadap adanya aliran lahar.Cari tempat yang lebih tinggi terutama
§ Lindungi
diri anda dari hujan
§ Kenakan
pakaian kemeja lengan panjang dan celana
§ Gunakan
kacamata untuk melindungi mata anda
§ Gunakan
masker debu atau gunakan kain/ sapu tangan untuk melindungi pernapasan
anda
§ Matikan
mesin mobil atau kendaraan lainnya kalau mendengar adanya aliran lahar
o Hindari
daerah bahaya yang telah ditetapkan oleh pemerintah/ lembaga yang
berwenang/lihat peta daerah bahaya gunung api
o Akibat
letusan gunungapi bisa dirasakan berkilo meter jauhnya dari gunung api yang
sedang meletus. Aliran lahar dan banjir bandang, kebakaran hutan bahkan aliran
awan panas yang mematikan dapat mengenai anda yang bahkan tidak melihat ketika
gunung api meletus. Hindari lembah-lembah sungai dan daerah yang rendah.
Mencoba mendekati gunung api yang sedang meletus merupakan ide yang dapat
membawa maut.
o Apabila
anda melihat permukaan aliran air sungai naik cepat-cepat cari daerah yang
lebih tinggi. Apabila aliran lahar melewati jembatan jauhi jembatan tersebut.
Aliran lahar memiliki daya kekuatan yang besar , membentuk aliran yang
mengandung lumpur dan bahan gunung api lainnya yang dapat bergerak dengan
kecepatan 30-60 kilometer perjam. Awan panas yang mengandung debu gunungapi
dapat membakar tumbuhan yang dilaluinya dengan amat cepat. Dengarkan berita
dari radio atau televisi mengenai situasi terakhir bahaya letusan gunung api.
·
Upaya penanggulangan
setelah Letusan:
o Apabila
mungkin, hindari daerah-daerah zona hujan abu.
o Apabila
berada di luar ruangan:
§ Tutup
mulut dan hidung anda. Debu gunungapi dapat mengiritasi system pernapasan
anda.
§ Gunakan
kacamata untuk melindungi mata anda.
§ Lindungi
kulit anda dari iritasi akibat debu gunungapi.
§ Bersihkan
atap dari hujan debu gunungapi
§ Hujan
debu yang menutupi atap sangat berat dan dapat mengakibatkan runtuhnya
atap bangunan. Hati-hati ketika bekerja
di atap bangunan rumah.
o Hindari
mengendarai kendaraan di daerah hujan abu yang lebat.
o Mengendarai
kendaraan mengakibatkan debu tersedot dan dapat merusak mesin kendaraan
tersebut.
o Apabila
anda punya penyakit pernapasan, hindari sedapat mungkin kontak dengan debu
gunung api.
o Tinggallah
di dalam rumah sampai keadaan dinyatakan aman di luar rumah.
o Ingat
untuk membantu tetangga yang mungkin membutuhkan pertolongan seperti orang tua,
orang yang cacat fisik, anak-anak yang tidak memiliki orang tua dan sebagainya.
Banjir
1. Pengertian
Banjir merupakan fenomena alam yang
biasa terjadi di suatu kawasan yang banyak dialiri oleh aliran sungai. Secara
sederhana banjir dapat didefinisikan sebagainya hadirnya air di suatu kawasan
luas sehingga menutupi permukaan bumi kawasan tersebut.
Dalam cakupan pembicaraan yang
luas, kita bisa melihat banjir sebagai suatu bagian dari siklus hidrologi,
yaitu pada bagian air di permukaan Bumi yang bergerak ke laut. Dalam siklus
hidrologi kita dapat melihat bahwa volume air yang mengalir di permukaan
Bumi dominan ditentukan oleh tingkat
curah hujan, dan tingkat peresapan air ke dalam tanah.
Aliran
Permukaan = Curah Hujan – (Resapan ke dalam tanah + Penguapan ke udara)
Air hujan sampai di permukaan Bumi
dan mengalir di permukaan Bumi, bergerak menuju ke laut dengan membentuk
alur-alur sungai. Alur-alur sungai ini di mulai di daerah yang tertinggi di
suatu kawasan, bisa daerah pegunungan, gunung atau perbukitan, dan berakhir di
tepi pantai ketika aliran air masuk ke laut.
Secara sederhana, segmen aliran
sungai itu dapat kita bedakan menjadi daerah hulu, tengah dan hilir.
·
Daerah hulu: terdapat
di daerah pegunungan, gunung atau perbukitan.
o Lembah
sungai sempit dan potongan melintangnya berbentuk huruf “V”.
o Di
dalam alur sungai banyak batu yang berukuran besar (bongkah) dari runtuhan
tebing, dan aliran air sungai mengalir di sela-sela batu-batu tersebut.
o Air
sungai relatif sedikit.
o Tebing
sungai sangat tinggi.
o Terjadi
erosi pada arah vertikal yang dominan oleh aliran air sungai.
·
Daerah tengah: umumnya
merupakan daerah kaki pegunungan, kaki gunung atau kaki bukit.
o Alur
sungai melebar dan potongan melintangnya berbentuk huruf “U”.
o Tebing
sungai tinggi.
o Terjadi
erosi pada arah horizontal, mengerosi batuan induk.
o Dasar
alur sungai melebar, dan di dasar alur sungai terdapat endapan sungai yang
berukuran butir kasar.
o Bila
debit air meningkat, aliran air dapat naik dan menutupi endapan sungai yang di
dalam alur, tetapi air sungai tidak melewati tebing sungai dan keluar dari alur
sungai.
·
Daerah hilir: umumnya
merupakan daerah dataran.
o Alur
sungai lebar dan bisa sangat lebar dengan tebing sungai yang relatif sangat
rendah dibandingkan lebar alur.
o Alur
sungai dapat berkelok-kelok seperti huruf “S” yang dikenal sebagai “meander”.
o Di
kiri dan kanan alur terdapat dataran
yang secara teratur akan tergenang oleh air sungai yang meluap, sehingga
dikenal sebagai “dataran banjir”.
o Di
segmen ini terjadi pengendapan di kiri dan kanan alur sungai pada saat banjir
yang menghasilkan dataran banjir.
o Terjadi
erosi horizontal yang mengerosi endapan sungai itu sendiri yang diendapkan
sebelumnya.
Dari
karakter segmen-segmen aliran sungai itu, maka dapat dikatakan bahwa :
·
Banjir merupakan bagian
proses pembentukan daratan oleh aliran sungai. Dengan banjir, sedimen
diendapkan di atas daratan. Bila muatan sedimen sangat banyak, maka pembentukan
daratan juga terjadi di laut di depan muara sungai yang dikenal sebagai “delta
sungai.”
·
Banjir yang meluas
hanya terjadi di daerah hilir dari suatu aliran dan melanda dataran di kiri dan
kanan aliran sungai. Di daerah tengah, banjir hanya terjadi di dalam alur
sungai.
Dari pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang
berlebihan merendam daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika
alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di selokan sungai.
2. Penyebab
terjadinya banjir
·
Sungai
Lama: Endapan dari hujan atau pencairan
salju cepat melebihi kapasitas saluran sungai. Diakibatkan hujan deras monsun,
hurikan dan depresi tropis, angin luar dan hujan panas yang mempengaruhi salju.
Rintangan drainase tidak terduga seperti tanah longsor, es, atau puing-puing
dapat mengakibatkan banjir perlahan di sebelah hulu rintangan.
Cepat: Termasuk banjir bandang akibat
curah hujan konvektif (badai petir besar) atau pelepasan mendadak endapan hulu
yang terbentuk di belakang bendungan, tanah longsor, atau gletser.
Sungai-sungai yang sudah tidak lagi
berfungsi maksimal dalam menampung air. Selain karena pendangkalan dan
rumah-rumah penduduk yang menyemut di sepanjang pinggirannya, juga karena
sungai-sungai ini penuh dengan sampah. Berbagai jenis sampah dapat ditemukan di
badan sungai. Di beberapa tempat, tumpukan sampah itu begitu banyak sehingga
menjadi sebuah daratan yang dapat diinjak manusia.
·
Muara
Biasanya diakibatkan oleh penggabungan
pasang laut yang diakibatkan angin badai. Banjir badai akibat siklon tropis
atau siklon ekstratropismasuk dalam kategori ini.
·
Pantai
Diakibatkan badai laut besar atau
bencana lain seperti tsunami atau hurikan. Banjir badai akibat siklon tropis
atau siklon ekstratropismasuk dalam kategori ini.
·
Peristiwa Alam
Diakibatkan oleh peristiwa mendadak
seperti jebolnya bendungan atau bencana lain seperti gempa bumi dan letusan
gunung berapi.
·
Manusia
Kerusakan akibat aktivitas manusia, baik
disengaja atau tidak merusak keseimbangan alam
·
Lumpur
Banjir lumpur terjadi melalui penumpukan
endapan di tanah pertanian. Sedimen kemudian terpisah dari endapan dan
terangkut sebagai materi tetap atau penumpukan dasar sungai. Endapan lumpur
mudah diketahui ketika mulai mencapai daerah berpenghuni. Banjir lumpur adalah
proses lembah bukit, dan tidak sama dengan aliran lumpur yang diakibatkan
pergerakan massal.
·
Lainnya
o Banjir
dapat terjadi ketika air meluap di permukaan kedap air (misalnya akibat hujan)
dan tidak dapat terserap dengan cepat (orientasi lemah atau penguapan rendah).
o Rangkaian
badai yang bergerak ke daerah yang sama.
o Berang-berang
pembangun bendungan dapat membanjiri wilayah perkotaan dan pedesaan rendah,
umumnya mengakibatkan kerusakan besar.
3. Proses
Terjadinya Banjir
Secara alamiah banjir disebabkan
oleh terjadinya hujan lokal dan propagasi limpasan dari daerah hulu pada satu
daerah tangkapan. Secara non ilmiah banjir dapat terjadi karena ulah manusia.
Proses terjadinya banjir secara
alamiah itu seperti,turunnya hujan jatuh kepermukaan bumi dan tertahan oleh
tumbuh-tumbuhan setelah itu masuk kepermukaan tanah mengalir ketempat yang
lebih rendah setelah itu terjadi penguapan dan keluar kepermukaan daratan.
Banjir yang terjadi secara almiah dapat menjadi bancana bagi manusia bila
banjir itu mengenai manusia dan menyebabkan kerugian bagi manusia.
Sedangkan proses terjadinya banjir
secara non alamiah karena ulah manusia seperti,membuang sampah tidak pada
tempatnya dan menyebabkan aliran air tidak lancar sehingga air tersebut
terapung di tempat pembuangannya semakin lama semakin menguap setelah itu
tinggi dan keluar sehingga mengenai daratan dan menyebabkan banjir.
Proses banjir itu dapat terjadi secara
alamiah dan karena ulah manusia. Manusia dapat mengalami kerugian karena banjir
itu karena mereka mendiami tempa tinggal yang secara alamiah merupakan dataran
banjir. Jadi bila manusia bertampat tinggal di dataran yg sering terkena banjir
bukan banjirlah yg mendatangi manusia tapi manusialah yang mendatangi banjir.
4. Dampak
yang ditimbulkan oleh banjir
·
Primer
Kerusakan fisik - Mampu merusak berbagai
jenis struktur, termasuk jembatan, mobil, bangunan, sistem selokan bawah tanah,
jalan raya, dankanal.
·
Sekunder
o Persediaan
air – Kontaminasi air. Air minum bersih mulai langka.
o Penyakit
- Kondisi tidak higienis. Penyebaran penyakit bawaan air.
o Pertanian
dan persediaan makanan - Kelangkaan hasil tani disebabkan oleh kegagalan panen.
o Namun,
dataran rendah dekat sungai bergantung kepada endapan sungai akibat banjir demi
menambah mineral tanah setempat.
o Pepohonan
- Spesies yang tidak sanggup akan mati karena tidak bisa bernapas.
o Transportasi
- Jalur transportasi rusak, sulit mengirimkan bantuan darurat kepada orang-orang
yang membutuhkan.
·
Tersier/jangka panjang
Ekonomi - Kesulitan ekonomi karena
kerusakan pemukiman yang terjadi akibat banjir; dalam sector pariwisata,
menurunnya minat wisatawan; biaya
pembangunan kembali; kelangkaan makanan yang mendorong kenaikan harga, dll.
Dari berbagai dampak negatif yang
ditimbulkan, ternyata banjir (banjir air skala kecil) juga dapat membawa banyak
keuntungan, seperti mengisi kembali air tanah, menyuburkan serta memberikan
nutrisi kepada tanah. Air banjir menyediakan air yang cukup di kawasan kering
dan semi-kering yang curah hujannya tidak menentu sepanjang tahun. Air banjir
tawar memainkan peran penting dalam menyeimbangkan ekosistem di koridor sungai
dan merupakan faktor utama dalam penyeimbangan keragaman makhluk hidup di
dataran. Banjir menambahkan banyak nutrisi untuk danau dan sungai yang semakin
memajukan industri perikanan pada tahun-tahun mendatang, selain itu juga karena
kecocokan dataran banjir untuk pengembangbiakan ikan (sedikit predasi dan
banyak nutrisi).
5. Upaya
PenaggulanganBanjir
Mencegah dan menanggulangi banjir
tak dapat dilakukan oleh pemerintah saja atau orang perorang saja. Dibutuhkan
komitmen dan kerjasama berbagai pihak untuk menghindarkan Jakarta dan kota lain
di Indonesia dari banjir besar.
Tindakan-tindakan
yang dapat dilakukan itu antara lain:
o
Membuang lubang-lubang
serapan air
o
Memperbanyak ruang
terbuka hijau
o
Mengubah perilaku
masyarakat agar tidak lagi menjadikan sungai sebagai tempat sampah raksasa
Meninggikan bangunan rumah memang
dapat menyelamatkan harta benda kita ketika banjir terjadi, namun kita tidak
mencegah terjadinya banjir lagi. Manusia yang mengakibatkan banjir, manusia
pula yang harus bersama-sama menyelamatkan kota. Menyelamatkan Jakarta dari
banjir besar bukan hanya karena berarti menyelamatkan harta benda pribadi,
namun juga menyelamatkan wajah bangsa ini di mata dunia.
Partisipasi seluruh elemen
masyarakat harus dilakukan secara terorganisasi dan terkoordinasi agar dapat
terlaksana secara efektif. Sebuah organisasi masyarakat sebaiknya dibentuk
untuk mengambil tindakan-tindakan awal dan mengatur peran serta masyarakat
dalam penanggulangan banjir. Penanggulangan banjir dilakukan secara bertahap,
dari pencegahan sebelum banjir penanganan saat banjir , dan pemulihan setelah
banjir. Tahapan tersebut berada dalam suatu siklus kegiatan penanggulangan
banjir yang berkesinambungan, Kegiatan penanggulangan banjir mengikuti suatu
siklus (life cycle), yang dimulai dari banjir, kemudian mengkajinya sebagai
masukan untuk pencegahan sebelum bencana banjir terjadi kembali. Pencegahan
dilakukan secara menyeluruh, berupa kegiatan fisik seperti pembangunan
pengendali banjir di wilayah sungai sampai wilayah dataran banjir dan kegiatan
non-fisik seperti pengelolaan tata guna lahan sampai sistem peringatan dini
bencana banjir.
Kebakaran
Hutan
1. Pengertian
Kebakaran
hutan, kebakaran vegetasi, atau kebakaran semak, adalah sebuah kebakaran yang
terjadi di alam liar, tetapi juga dapat memusnahkan rumah-rumah dan lahan
pertanian disekitarnya. Penyebab umum termasuk petir, kecerobohan manusia, dan
pembakaran.
Musim kemarau dan
pencegahan kebakaran hutan kecil adalah penyebab utama kebakaran hutan besar.
Kebakaran hutan dalam
bahasa Inggris berarti "api liar" yang berasal dari sebuah sinonim
dari Api Yunani, sebuah bahan seperti-napalm yang digunakan di Eropa
Pertengahan sebagai senjata maritim
2. Penyebab
Terjadinya Kebakaran Hutan
·
Sambaran petir pada
hutan yang kering karena musim kemarau yang panjang.
·
Kecerobohan manusia
antara lain membuang puntung rokok sembarangan dan lupa mematikan api di
perkemahan.
·
Aktivitas vulkanis
seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan gunung berapi.
·
Tindakan yang disengaja
seperti untuk membersihkan lahan pertanian atau membuka lahan pertanian baru
dan tindakan vandalisme.
·
Kebakaran di bawah
tanah/ground fire pada daerah tanah gambut yang dapat menyulut kebakaran di
atas tanah pada saat musim kemarau.
3. Proses
Terjadinya Kebakaran Hutan
Untuk api dapat menyala
dibutuhkan tiga hal utama, yaitu bahan bakar, panas dan oksigen atau udara.
Ketiga komponen tersebut sering disebut dengan fire triangle (Davis,
1959).
Bahan bakar di hutan dapat berupa humus, jatuhan daun di lantai hutan, akar, batang,
cabang, ranting pohon dan sebagainya yang semuanya merupakan hasil fotosintesa
daripada tanaman dalam jangka waktu yang panjang. Sedangkan panas biasanya datang dari kondisi iklim yang berubah
ekstrim, dimana penyinaran matahari yang lama dengan jumlah hari hujan yang
sangat minim pada setiap bulan dan tahun. Makin terbukanya hutan akibat jalan-jalan
logging akan menyebabkan semakin mantapnya aliran udara di dalam hutan,
sehingga dengan sendirinya menciptakan
kondisi yang mudah terbakar.
Secara
sederhana proses pembakaran hutan dapat digambarkan sebagai kebalikan daripada
proses fotosintesa tanaman sebagai berikut:
Pembakaran:
Sellulosa + Oksigen +
Energy CO2 + Air + Energy
Fotosintesa
CO2 + Air + Energu Sellulosa + Oksigen
Secara
teoritis proses pembakaran dapat dijelaskan melalui beberapa tahapan, yaitu
Konveksi (aliran), radiasi (pancaran) dan Konduksi (hantaran).
Konveksi
adalah proses rambatan kalor (panas) dalam suatu zat yang disertai dengan
perpindahan massa. Bagian udara di lantai hutan akan naik suhunya pada suatu
kebakaran bawah yang berakibat massa jenisnya berkurang. Perbedaan massa jenis
udara bagian bawah dan atas menyebabkan adanya pertukaran massa. Ini
menyebabkan adanya aliran massa yang membawa panas.
Radiasi
adalah perpindahan kalor tanpa memerlukan medium. Kalor dalam proses ini
dipancarkan dalam bentuk gelombang elektromagnet pembawa panas (sinar infra
merah). Peristiwa pancaran kalor dari matahari sampai ke bumi adalah suatu
proses radiasi.
Sedangkan konduksi
adalah proses rambatan kalor dalam zat
yang tidak disertai perpindahan massa. Pemanasan pada pangkal batang pohon yang
terbakar akan menaikkan kalor/suhu pada bagian pohon yang lain.
Melalui
ketiga proses fisika inilah bagaimana api dalam suatu kebakaran dapat menyala,
muncul dan merambat dengan cepatnya. Angin yang kencang tentu akan sangat
memainkan peranan yang besar dalam menyebarkan panas dengan proses konveksi,
sehingga keadaan mudah terbakar akan semakin mungkin.
Pemanasan
global dari sinar matahari menyebabkan bahan bakar menjadi kering, sehingga
mudah dilalap api dari satu bagian ke bagian lainnya (konduksi).
Dari
keadaan yang disebutkan di atas dapat menimbulkan api secara alami, bilamana
pemanasan telah cukup tinggi dan lama. Belum lagi jika memang sumber api
berasal dari para peladang yang bekerja di hutan ataupun kelalaian para pekerja
hutan.
4. Dampak
Yang Ditimbulkan Oleh Kebakaran Hutan
·
Menyebarkan emisi gas
karbon dioksida ke atmosfer. Kebakaran hutan pada 1997 menimbulkan emisi /
penyebaran sebanyak 2,6 miliar ton karbon dioksida ke atmosfer (sumber majala
Nature 2002). Sebagai perbandingan total emisi karbon dioksida di seluruh dunia
pada tahun tersebut adalah 6 miliar ton.
·
Terbunuhnya satwa liar
dan musnahnya tanaman baik karena kebakaran, terjebak asap atau rusaknya
habitat. Kebakaran juga dapat menyebabkan banyak spesies endemik/khas di suatu
daerah turut punah sebelum sempat dikenali/diteliti.
·
Menyebabkan banjir
selama beberapa minggu di saat musim hujan dan kekeringan di saat musim
kemarau.
·
Kekeringan yang
ditimbulkan dapat menyebabkan terhambatnya jalur pengangkutan lewat sungai dan
menyebabkan kelaparan di daerah-daerah terpencil.
·
Kekeringan juga akan
mengurangi volume air waduk pada saat musim kemarau yang mengakibatkan
terhentinya pembangkit listrik (PLTA) pada musim kemarau.
·
Musnahnya bahan baku
industri perkayuan, mebel/furniture. Lebih jauh lagi hal ini dapat
mengakibatkan perusahaan perkayuan terpaksa ditutup karena kurangnya bahan baku
dan puluhan ribu pekerja menjadi penganggur/kehilangan pekerjaan.
·
Meningkatnya jumlah
penderita penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan kanker paru-paru.
Hal ini bisa menyebabkan kematian bagi penderita berusia lanjut dan anak-anak.
Polusi asap ini juga bisa menambah parah penyakit para penderita TBC/asma.
·
Asap yang ditimbulkan
menyebabkan gangguan di berbagai segi kehidupan masyarakat antara lain
pendidikan, agama dan ekonomi. Banyak sekolah yang terpaksa diliburkan pada
saat kabut asap berada di tingkat yang berbahaya. Penduduk dihimbau tidak
bepergian jika tidak ada keperluan mendesak. Hal ini mengganggu kegiatan
keagamaan dan mengurangi kegiatan perdagangan/ekonomi. Gangguan asap juga
terjadi pada sarana perhubungan/transportasi yaitu berkurangnya batas pandang.
Banyak pelabuhan udara yang ditutup pada saat pagi hari di musim kemarau karena
jarak pandang yang terbatas bisa berbahaya bagi penerbangan. Sering terjadi
kecelakaan tabrakan antar perahu di sungai-sungai, karena terbatasnya jarak
pandang.
·
Musnahnya bangunan,
mobil, sarana umum dan harta benda lainnya.
5. Upaya
Penanggulangan
·
Pemadaman
Pemadaman
kebakaran hutan adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mematikan api
yang membakar hutan (Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam, 2002). Berkaitan dengan upaya pemadaman, terdapat sejumlah
prosedur utama yang perlu dilakukan oleh setiap elemen penanganan kebakaran
hutan (menurut UU No.45 Tahun 2004), antara lain :
o Deteksi
Deteksi
dilakukan untuk mengetahui kebenaran dan deskripsi (sebab, titik api, dan
sebagainya) tentang kebakaran hutan, serta untuk menentukan langkah-langkah
pertama dalam menangani kebakaran hutan.
o Penanganan Pertama
Penanganan
pertama dilakukan oleh pihak-pihak yang terdekat dengan lokasi kebakaran hutan,
seperti : kesatuan pengelola hutan, satgas penanganan hutan, dan masyarakat
setempat. Yang menjadi penting dalam bagian ini adalah pendayagunaan sumberdaya
yang ada, melokalisir api, dan memobilisasi masyarakat untuk mempercepat
pemadaman.
o Pelaporan
Pelaporan
merupakan penyampaian kondisi dan gambaran kebakaran hutan kepada tingkat
pemerintahan yang lebih tinggi dengan tujuan untuk memperoleh feedback yang
dapat membantu penanganan kebakaran hutan.
o Koordinasi dan Mobilisasi
Koordinasi
dan mobilisasi merupakan penyampian langkah-langkah yang diambil/diusulkan oleh
pusat dan penyaluran bantuan sumber daya, sarana dan prasarana untuk penanganan
kebakaran hutan di daerah (lokasi kebakaran hutan). Dalam rangka melakukan
koordinasi tersebut, menteri yang terkait (mewakili tingkat pusat) membentuk
Pusat Pengendalian Operasi Kebakaran Hutan).
Kemudian,
menurut Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam,
pemadaman kebakaran hutan, secara umum dapat dibagi menjadi 3 kegiatan, yaitu:
o Kegiatan pra-pemadaman.
Kegiatan
ini dilakukan dalam rangka mempersiapkan sumber daya pemadaman baik personil,
peralatan maupun dana. Kegiatan pra-pemadaman mencakup antara lain deteksi
dini, gelar regu dan peralatan melalui penugasan anggota Brigade,
gladi/simulasi, patroli dan penjagaan.
o Kegiatan Pemadaman
§ Pemadaman awal (initial attack) yang dilakukan oleh
Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan.
§ Pemadaman lanjutan (sustained attack) melalui
mobilisasi sumber daya penanggulangan sesuai dengan prosedur tetap yang telah
dikembangkan di setiap tingkatan. Dalam kondisi tertentu pemadaman lanjutan
dapat melibatkan bantuan pemadaman dari udara (aerial suppression).
o Kegiatan Pemadaman api sisa (mooping- up)
Pemadaman
api sisa (mooping-up) dan patroli yang dilakukan terhadap sisa-sisa kebakaran
guna memastikan bahwa kebakaran telah benar-benar padam.
·
Penanganan Pasca
Kebakaran
Penanganan
pasca kebakaran hutan, menurut Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan
dan Konservasi Alam, mencakup kegiatan penegakan hukum (penyelidikan,
penyidikan, pengadilan), rehabilitasi, inventarisasi dan penanganan dampak
kebakaran. Kegiatan ini pada umumnya bersifat lintas sektoral yang melibatkan
berbagai lembaga atau instansi.
Penanganan
Pasca Kebakaran (menurut UU No.45 Tahun 2004), meliputi :
o Identifikasi dan evaluasi
Tahapan
ini terdiri dari : pengumpulan data dan informasi terjadinya kebakaran,
pengukuran dan sketsa lokasi kebakaran dan analisis tingkat kerusakan dan
rekomendasi.
o Rehabilitasi
Rehabilitasi
merupakan upaya pemulihan kondisi hutan. Rehabilitasi merupakan kelanjutan
proses identifikasi dan evaluasi. Pihak yang melakukan rehabilitasi adalah
Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan, Pemegang Izin Pemanfaatan Hutan, Pemegang
Izin Penggunaan Kawasan Hutan dan Pemilik Hutan Hak. Sedangkan yang
bertanggungjawab atas terjadinya kebakaran hutan adalah Pemegang Izin
Pemanfaatan Hutan, Pemegang Izin Penggunaan Kawasan Hutan dan Pemilik Hutan Hak
o Penegakan Hukum
Penegakan
hukum meliputi proses peradilan terhadap pihak-pihak yang bertanggungjawab
terhadap terjadinya kebakaran hutan dan oknum-oknum yang diduga menjadi pelaku.
Tanah
Longsor
1. Pengertian
Tanah
longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar
lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut. Air
yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut
menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka
tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti
lereng dan keluar lereng.
2. Penyebab
Terjadinya Tanah Longsor
·
Hujan
Ancaman
tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena meningkatnya
intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya
penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Hal itu mengakibatkan
munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya
tanah permukaan. Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak sehingga
tanah dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan, intensitas hujan
yang tinggi biasanya sering terjadi, sehingga kandungan air pada tanah menjadi
jenuh dalam waktu singkat. Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan
longsor, karena melalui tanah yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di
bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan
di permukaannya, tanah longsor dapat dicegah karena air akan diserap oleh
tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan berfungsi mengikat tanah.
·
Lereng terjal
Lereng
atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal
terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin.
Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor
·
Tanah yang kurang padat
dan tebal
Jenis
tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan
lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini memiliki
potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain itu
tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena
air dan pecah ketika hawa terlalu panas.
·
Batuan yang kurang kuat
Batuan
endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan campuran antara
kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan tersebut akan mudah
menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah
longsor bila terdapat pada lereng yang terjal.
·
Jenis tata lahan
Tanah
longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan, dan adanya
genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang kuat
untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan
air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan
penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran
yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.
·
Getaran
Getaran
yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi, ledakan, getaran mesin, dan
getaran lalulintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan
jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi retak.
·
Susut muka air danau
atau bendungan
Akibat
susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng menjadi hilang,
dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi longsoran dan penurunan tanah
yang biasanya diikuti oleh retakan.
·
Adanya beban tambahan
Adanya
beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan kendaraan akan
memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar tikungan
jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan tanah
dan retakan yang arahnya ke arah lembah.
·
Pengikisan/erosi
Pengikisan
banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu akibat penggundulan
hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.
·
Adanya material
timbunan pada tebing
Untuk
mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan pemotongan
tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut belum
terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga
apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan
tanah
·
Bekas longsoran lama
Longsoran
lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi pengendapan material gunung api
pada lereng yang relatif terjal atau pada saat atau sesudah terjadi patahan
kulit bumi.
·
Adanya bidang
diskontinuitas (bidang tidak sinambung)
Bidang-bidang
tersebut merupakan bidang lemah dan dapat berfungsi sebagai bidang luncuran
tanah longsor.
·
Penggundulan hutan
Tanah
longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul dimana pengikatan
air tanah sangat kurang.
·
Daerah pembuangan
sampah
Penggunaan
lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah dalam jumlah banyak dapat
mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah dengan guyuran hujan, seperti yang
terjadi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Leuwigajah di Cimahi. Bencana ini
menyebabkan sekitar 120 orang lebih meninggal.
3. Proses
Terjadinya Tanah Longsor
·
Air yang meresap ke
dalam tanah akan menambah bobot tanah.
·
Jika air tersebut
menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelintir, maka
tanah menjadi licin.
·
Selanjutnya tanah
pelapukan yang berada di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar
lereng.
4. Dampak
Yang Ditimbulkan Oleh Tanah Longsor
·
Rusaknya area
pertanian, perhutanan, perkebunan, perternakan.
·
Rusaknya
Infrastruktur
o Daerah pemukiman penduduk.
o Jalan dan jembatan.
o Sarana pendidikan, kesehatan, dan peribadatan.
·
Buruknya
sanintasi lingkungan.
·
Korban jiwa.
5. Upaya
Penanggulangan
·
Jangan mencetak sawah
dan membuat kolam pada lereng bagian
atas di dekat pemukiman, Buatlah terasering (sengkedan) pada lereng yang terjal
bila membangun permukiman.
·
Segera menutup retakan
tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah melalui retakan.
Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal.
·
Jangan menebang pohon
di lereng Jangan membangun rumah/pemukiman di bawah tebing/lereng terjal.
Hal yang dilakukan
selama Dan sesudah terjadi bencana
·
Tanggap Darurat
Yang
harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamatan dan pertolongan
korban secepatnya supaya korban tidak bertambah. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, antara lain:
-Kondisi medan
-Kondisi bencana
-Peralatan
-Informasi bencana
·
Rehabilitasi
Upaya
pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan sarana
transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik
pengendaliannya supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi
korban tanah longsor bila tanah longsor sulit dikendalikan.
·
Rekonstruksi
Penguatan
bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi
pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor,
karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur tanah
longsor hampir 100%.
Angin
Puting Beliung
1. Pengertian
Angin puting beliung adalah angin
yang berputar dengan kecepatan lebih dari 63 km/jam yang bergerak secara garis
lurus dengan lama kejadian maksimum 5 menit. Orang awam menyebut angin puting
beliung adalah angin “Leysus”, di daerah Sumatera disebut “Angin Bohorok” dan
masih ada sebutan lainnya. Angin jenis ini yang ada di Amerika yaitu “Tornado”
mempunyai kecepatan sampai 320 km/jam dan berdiameter 500 meter. Angin puting
beliung sering terjadi pada siang hari atau sore hari pada musim pacaroba.
Angin ini dapat menghancurkan apa saja yang diterjangnya, karena dengan
pusarannya benda yang terlewati terangkat dan terlempar.
Ciri-ciri datangya angin puting
beliung adalah pada waktu siang hari terlihat adanya awan putih menjulang
tinggi seperti bunga kol, kemudian berkembang menjadi awan gelap yang disertai
hembusan udara dingin, dan angin mulai menggoyangkan pepohonan ke kiri dan ke
kanan, tidak lama kemudian angin semakin cepat dan diikuti hujan lebat dan
terkadang disertai hujan es. Terlihat di awan hitam pusaran angin berbentuk
seperti kerucut turun menuju tanah (bumi).
2. Penyebab
Terjadinya Angin Puting Beliung
Udara
panas dan dingin bertemu, sehingga saling bentrok dan terbentuklah puting
beliung.
3. Proses
Terjadinya Angin Puting Beliung
Proses
terjadinya angin puting beliung, biasanya terjadi pada musim pancaroba pada
siang hari suhu udara panas, pengap, dan awan hitam mengumpul, akibat radiasi
matahari di siang hari tumbuh awan secara vertikal, selanjutnya di dalam awan
tersebut terjadi pergolakan arus udara naik dan turun dengan kecepatan yang
cukup tinggi. Arus udara yang turun dengan kecepatan yang tinggi menghembus ke
permukaan bumi secara tiba-tiba dan berjalan secara acak.
Proses
terjadinya puting beliung sangat terkait erat dengan fase tumbuh awan Cumulonimbus
(Cb)
Fase
Tumbuh
Dalam
awan terjadi arus udara naik ke atas yang kuat. Hujan belum turun, titik-titik
air maupun Kristal es masih tertahan oleh arus udara yang naik ke atas puncak
awan.
Fase
Dewasa/Masak
Titik-titik
air tidak tertahan lagi oleh udara naik ke puncak awan. Hujan turun menimbulkan
gaya gesek antara arus udara naik dan turun. Temperatur massa udara yang turun
ini lebih dingin dari udara sekelilingnya. Antara arus udara yang naik dan
turun dapat timbul arus geser memuntir, membentuk pusaran. Arus udara ini
berputar semakin cepat, mirip sebuah siklon yag “menjilat” bumi sebagai angin
puting beliung. Terkadang disertai hujan deras yang membentuk pancaran air
(water spout).
Fase
Punah
Tidak
ada massa udara naik. Massa udara yang turun meluas di seluruh awan. Kondensasi
berhenti. Udara yang turun melemah hingga berakhirlah pertumbuhan awan Cb.
4. Dampak
Yang Ditimbulkan Oleh Angin Puting Beliung
Dampak
yang ditimbulkan akibat angin puting beliung dapat menghancurkan area seluas 5
km dan tidak ada lagi angin puting beliung susulan. Rumah akan hancur dan
tanaman akan tumbang diterjang angin puting beliung, mahluk hidup bisa sampai
mati karena terlempar atau terbentur benda keras lainnya yang ikut masuk
pusaran angin.
5. Upaya
Penanggulangan
·
Sebelum Datangnya Angin
o Dengar
dan simaklah siaran radio atau televisi menyangkut prakiraan terkini cuaca
setempat
o Waspadalah
terhadap perubahan cuaca
o Waspadalah
terhadap angin topan yang mendekat.
o Waspadalah
terhadap tanda tanda bahaya sebagai berikut:
o Langit
gelap, sering berwarna kehijauan.
o Hujan
es dengan butiran besar
o Awan
rendah, hitam, besar, seringkali bergerak berputar
o Suara
keras seperti bunyi kereta api cepat
o Bersiaplah
untuk ke tempat perlindungan ( bunker ) bila ada angin topan mendekat
·
Saat Datangnya
Angin
o Bila dalam keadaan bahaya segeralah ke tempat
perlindungan (bunker)
o Jika anda berada di dalam bangunan seperti rumah,
gedung perkantoran, sekolah, rumah sakit, pabrik, pusat perbelanjaan, gedung
pencakar langit, maka yang anda harus lakukan adalah segera menuju ke ruangan
yang telah dipersiapkan untuk menghadapi keadaan tersebut seperti sebuah
ruangan yang dianggap paling aman, basement, ruangan anti badai, atau di
tingkat lantai yang paling bawah. Bila tidak terdapat basement, segeralah ke tengah
tengah ruangan pada lantai terbawah, jauhilah sudut sudut ruangan, jendela,
pintu, dan dinding terluar bangunan. Semakin banyak sekat dinding antara diri
anda dengan dinding terluar gedung semakin aman. Berlindunglah di bawah meja
gunakan lengan anda untuk melindungi kepala dan leher anda. Jangan pernah
membuka jendela.
o Jika anda berada di dalam kendaraan bermobil,
segeralah hentikan dan tinggalkan kendaraan anda serta carilah tempat
perlindungan yang terdekat seperti yang telah disebutkan di atas.
o Jika anda berada di luar ruangan dan jauh dari tempat
perlindungan, maka yang anda harus lakukan adalah sebagai berikut:
o Tiaraplah pada tempat yang serendah mungkin, saluran
air terdekat atau sejenisnya sambil tetap melindungi kepala dan leher dengan
menggunakan lengan anda
o Jangan berlindung di bawah jembatan, jalan layang,
atau sejenisnya. Anda akan lebih aman tiarap pada tempat yang datar dan rendah
o Jangan pernah melarikan diri dari angin puting beliung
dengan menggunakan kendaraan bermobil bila di daerah yang berpenduduk padat
atau yang bangunannya banyak. Segera tinggalkan kendaraan anda untuk mencari
tempat perlindungan terdekat.
o Hati hati terhadap benda benda yang diterbangkan angin
puting beliung. Hal ini dapat menyebabkan kematian dan cedera serius.
Amblesan
tanah
1. Pengertian
Amblesan
tanah: merupakan proses penurunan muka tanah yg terjadi secara alamiah karena
konsolidasi pada lapisan tanah dangkal dan lapisan tanah lunak maupun karena
penurunan tekanan air tanah pada sistem aquifer di bawahnya akibat pengaruh
kegiatan manusia di atas permukaan tanah dan pengambilan air tanah.
2. Penyebab
Terjadinya Amblesan Tanah
·
Tambang batubara,
terutama metoda penggalian keseluruhan (total extraction) contohnya metoda
longwall atau block caving. Tetapi kadang-kadang pada sistem room and pillar
pada kedalaman yang dangkal memungkinkan terjadinya amblesan dan geometri dari
amblesan mencerminkan pola pola support yang ada. Adanya spontaneous combustion
pada lapisan batubara juga bisa menyebabkan timbulnya amblesan. Amblesan
sebagai akibat penambangan biasanya hanya terjadi pada skala kecil (lokal)
yaitu di daerah bekas tambang yang bersangkutan saja. Meskipun demikian faktor
geologi tetap mempunyai peranan yang penting.
·
Penambangan untuk
endapan berlapis (stratiform), contohnya garam, bijih besi, gipsum dll.
·
Pemompaan air tanah,
uap geothermal dan minyak bumi yang berlebihan, akan menaikkan efektifitas
tekanan dan mengakibatkan kompaksi dan amblesan tanah.
·
Penambangan pada badan
bijih yang mempunyai kemiringan yang sangat tajam dan berbentuk pipa.
·
Pengeringan pada
endapan gambut atau lignite.
·
Akibat tektonik,
biasanya peristiwa ini terjadi akibat turunnya bagian bawah dari patahan atau
sinklin. Umumnya terjadi sangat lambat walaupun pernah terjadi amblesan sedalam
2 m dalam waktu yang singkat.
·
Beban dari luar.
·
h. Pelarutan batuan di
bawah tanah. Amblesan ini umumnya terjadi akibat proses pelapukan kimia pada
batu gamping, dolomite dan gipsum. Pelarutan ini merupakan proses alamiah,
tetapi akibat perubahan hidrologi kemungkinan proses pelarutan akan dipercepat
sehingga menyebabkan amblesan.
3. Proses
Terjadinya Amblesan Tanah
Pada
awalnya ada sebuah retakan yang membentuk lubang akibat masuknya air. Daerah
ini biasanya terjadi pada daerah yg tersusun oleh batu gamping. Batugamping ini
“relatip” mudah terlarutkan ketimbang batupasir (batuan yang terssun oleh
pasir, biasanya mineral kuarsa). Relatif mudah terlarutkan ini jangan coba-coba
di rumah melarutkan batugamping ya,proses pelarutan ini berjalan dalam puluhan
ribu tahun juga.
Karena
adanya aliran bawah tanah, maka akan muncul rongga karena bagian bawah terjadi
erosi oleh aliran sungai bawah tanah.
Proses
ini berlangsung terus menerus dengan kikisan serta jatuhan dari batuan
diatasnya. Hingga akhirnya bolongan ini membentuk ruang cukup lebar dan
“jembatan” dibagian atas tidak kuat menahan dan …
BLUNG ! Lubang ini
tidak seluruhnya memenuhi hingga dasar terbawah, karena volume yang mengisi
batuan atas tidak seluruhnya hilang. Kedalaman lubang bisa mulai hanya beberapa
meter hingga berukuran besar sedalam 100 meter seperti yang di Guatemala itu.
Proses
pengendapan diatas cekungan ini akhirnya menutup Luweng yang seringkali tidak
disadari oleh penghuni diatasnya.
Proses
siklus ini berjalan ribuan tahun yang dalam skala geologi yang sering dalam
juta tahun bisa saja hanya disebut proses yang sekejap. Tetapi walaupun telah
terjadi hanya seribu tahun yang lalu, barangkali kita tidak memiliki rekaman
itu, dan kita hanya menggunakan tanah diatasnya itu seolah-olah dahulu tidak
terjadi apa-apa.
4. Dampak
Yang Ditimbulkan Oleh Amblesan Tanah
·
Retakan pada
dinding batu yang disebabkan oleh tekanan dan tarikan.
·
Mengubah bentuk
bingkai pintu dan jendela, dan badan jalan.
·
Bangunan-bangunan
tinggi menjadi tidak seimbang atau miring, misalnya chimney, tower transmisi.
·
Masuknya air ke
area penambangan.
·
Banjir pada
daerah rendah atau menjadi rawa.
·
Kerusakan pada
jaringan pipa atau terjadinya aliran balik di dalam pipa.
·
Retakan terbuka
sampai ke permukaan tanah akan mengakibatkan rusaknya konstruksi di atasnya.
Perubahan
pola aliran permukaan dan air tanah.
5. Upaya
Penanggulangan
Meskipun suatu lahan atau kawasan berdasarkan kondisi
alamnya rentan
(berpotensi)
untuk bergerak atau longsor, potensi gerakan tanah ini dapat diminimalkan
dengan
beberapa langkah berikut.
·
Identifikasi
zona yang rentan bergerak
·
Identifikasi
faktor kunci penyebab gerakan tanah
·
Menerapkan
rekayasa untuk :
• meminimalkan pemicu atau pengaruh pemicu
• memperkuat lereng
Identifikasi
zona yang rentan bergerak.
Identifikasi zona rentan bergerak merupakan langkah
awal dalam tahapan
pencegahan
dan atau pengendalian gerakan tanah. Identifikasi zona rentan dilakukan
dengan
penyelidikan terhadap faktor-faktor pengontrol gerakan tanah. Hasil
penyelidikan
kemudian
dianalisis secara terpadu dan digambarkan dalam peta sebaran zona-zona
dengan
tingkat kerentanan yang bervariasi. Tingkat kerentanan gerakan tanah dibedakan
menjadi:
:
•
kerentanan tinggi
•
kerentanan menengah
•
kerentanan rendah
•
kerentanan sangat rendah
Semakin tinggi tingkat kerentanan suatu zona berarti
semakin besar pula kemungkinan
terjadinya
gerakan tanah.
Dengan
diketahuinya variasi tingkat kerentanan suatu kawasan atau daerah
terhadap
gerakan tanah, maka dapat disusun strategi pencegahan dan
penanggulangannya
secara lebih efektif. Misal: upaya perkuatan lereng hanya
diprioritaskan
pada zona dengan tingkat kerentanan tinggi saja, sedangkan untuk zona
dengan
tingkat kerentanan menengah cukup dilakukan dengan penanaman vegetasi yang
bersifat
memperkuat lereng. Jadi akhirnya dapat ditetapkan zona mana yang aman untuk
dikembangkan
dan zona mana yang harus diproteksi.
Identifikasi faktor kunci penyebab gerakan
tanah.
Faktor kunci merupakan faktor yang paling signifikan
berpengaruh terhadap proses
terjadinya
gerakan tanah, dan seringkali merupakan faktor yang paling sensitif untuk
bereaksi
terhadap perubahan ekosistem. Teridentifikasinya faktor kunci ini sangat
penting
dalam
menetapkan teknik atau rekayasa pencegahan/ pengendalian gerakan tanah yang
efektif.
Identifikasi ini dilakukan dengan cara penyelidikan
terhadap kondisi, sebaran dan
proses-proses
yang dicurigai sebagai faktor penyebab gerakan tanah. Penyelidikan geologi
merupakan
basis utama dalam indentifikasi ini, yang kemudian perlu diintegrasikan dengan
penyelidikan
hidrologi dan penggunaan lahan. Ketelitian dalam penyelidikan ini juga
bervariasi,
tergantung pada target atau produk yang ingin dicapai dari hasil penyelidikan.
Untuk produk yang berupa arahan kebijakan pengendalian
kawasan di suatu wilayah
propinsi,
minimal diperlukan ketelitian penyelidikan dengan skala peta 1 : 100.000. Untuk
6
wilayah kabupaten minimal diperlukan ketelitian penyelidikan dengan skala peta
1 : 50.000
hingga
skala 1 : 25.000.
Menerapkan
rekayasa untuk pencegahan/ pengendalian.
Sebelum rekayasa diterapkan perlu dilakukan
penyelidikan lebih dahulu guna
mengetahui
faktor kunci penyebab gerakan tanah. Penyelidikan harus dilakukan secara
detil
(skala 1 : 10.000 hingga skala 1 : 100).
Rekayasa
yang dapat diterapkan untuk meminimalkan pemicu/ pengaruh pemicu
atau
untuk memperkuat lereng meliputi :
•
rekayasa teknis
•
rekayasa vegetatif.
•
kombinasi keduanya.
Skala
ruang dan waktu pemicu longsor dan banjir
Berbagai peristiwa yang memiliki kaitan dengan longsor
dan banjir, antara lain iklim,
termasuk
di dalamnya kejadian El Nino yang dapat mengakibatkan kekeringan atau curah
hujan
berlebihan di suatu daerah. Jika curah hujan berlebihan dari curah hujan biasa
maka
bisa
memicu longsor ataupun banjir. El Nino mempunyai siklus 4-10 tahunan dengan
pengaruh
keruangan/spasial sampai dengan ribuan kilometer persegi dan kehadirannya
bisa
dipantau melalui satelit, sehingga bisa diduga kapan El Nino memberikan curah
hujan
berlebihan
di suatu daerah. Saat itulah merupakan saat waspada longsor maupun banjir.
Wilayah
Indonesia bagian selatan dan timur merupakan jalur gempabumi yang juga
bisa
memicu longsoran. Siklus suatu gempabumi bisa puluhan sampai ratusan tahun,
namun
saat terjadi hanya berlangsung beberapa menit saja dan akibatnya bisa mencakup
daerah
seluas ratusan kilometer persegi. Seperti di daerah Sengir, Prambanan, telah
terjadi
gerakan
tanah yang mengakibatkan di daerah kepala ambles setinggi 4 meter dan di
daerah
toe mengalami kenaikan beberapa meter. Hal ini terjadi sesaat setelah gempabumi
Yogyakarta
pada tanggal 27 Mei 2006.
Oleh
karena itu dalam rangka upaya mitigasi bencana longsor dan banjir, perlu
kiranya
dipertimbangkan arti perbedaan dimensi dari setiap peristiwa tersebut untuk
diletakkan
di dalam kerangka skala waktu maupun skala ruang pemicunya.